Dalam bahasa Inggris, kita mengenal bentuk terikat ‘ultra’, artinya adalah ‘teramat sangat’. Ultra juga merupakan nomina, yakni ‘sesuatu yang teramat sangat’. Bentuk jamaknya adalah ultras.
Baik di Amerika maupun Eropa, istilah ultra atau ultras erat kaitannya dengan dunia politik. Kelompok garis keras, itulah kira-kira makna ultras dalam ranah politik. Pertentangan ideologi tersebut merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, termasuk ke cabang olah raga terpopuler sejagat, sepak bola.
Ultras dalam konteks sepak bola dimaknai sebagai kelompok suporter garis keras yang sangat fanatik membela timnya. Ultras terdengar ‘nyaring’ pengaruhnya di Italia. Di Negeri Piza tersebut banyak bermunculan sejumlah kelompok suporter fanatik. Kehadirannya dapat dilihat secara kasat mata melalui pakaian dan pernak-pernik yang dikenakan, yang semua berciri khas klub yang dibela.
Di stadion, ultras biasanya menguasai tribun tertentu, meneriakkan yel-yel tanpa henti sepanjang pertandingan, menabuh drum, menyalakan kembang api, dan sebagainya. Sebut saja Fossa de Leoni (suporter garis keras AC Milan), The Boys (Internazionale), Viola Club Viesseux Fiorentina (AC Fiorentina), Granata Ultras Torino (Torino), atau Commando Ultras Curva Sud (AS Roma).
Terjadi saling klaim di antara kelompok-kelompok tersebut soal siapa yang lebih dulu lahir. Namun, satu hal yang patut diperhatikan, istilah ultras itu sendiri menurut berbagai sumber berawal dari kota Genova (Genoa). Adalah kelompok pendukung klub Sampdoria yang pertama kali menggunakan kata ultras sebagai nama diri, yakni Ultras Tito Cucchiaroni.
Kelompok ini lahir pada tahun 1968. Tito Cucchiaroni adalah pemain pilar Sampdoria asal Argentina pada masa itu. Kelompok ini mengambil nama ultras dari bahasa pergaulan anak-anak muda setempat. Di mana pun, lazimnya anak muda, para ABG, memiliki bahasa mereka sendiri. Secara kreatif anak-anak muda itu menciptakan istilah-istilah tertentu yang kadang hanya dapat dipahami oleh kelompok mereka sendiri.
Istilah ultras yang bagi kebanyakan orang diasosiasikan sebagai aliran politik, oleh sekelompok anak muda di kota Genova dijadikan akronim dari Uniti Legneremo Tutti i Rossoblu A Sangue. Kalimat ini tersebar di sejumlah tembok di setiap sudut kota Genova. Arti harfiahnya kira-kira ‘Satuan Pemukul Biru Merah Darah’.
Biru merah darah (sangue rossoblu) adalah warna kostum Genoa, klub sekota Sampdoria. Sebagai mana biasanya dua tim dalam satu kota, Sampdoria dan Genoa mengusung rivalitas ekstrem. Sejak saat itulah istilah ultras merambah dalam dunia sepak bola.
Sumber : Andong Begawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar