neh yg udah pada mampir

Minggu, 11 Desember 2011

FAKTA INTER TIDAK PERNAH TERDEGRADASI


I. Campionato Federale/Prima Categoria & Seconda Categoria/Promozione FIF/FIGC
Sejak kompetisi sepakbola di Italia bergulir pd tahun 1898, klub2 sepakbola Italia baru bermunculan satu demi satu dan menyebabkan ledakan jumlah klub sepakbola yg berkompetisi di Campionato Federale. Untuk mengatasi masalah ini Federasi Sepakbola Italia yg ada saat itu (FIF yg kemudian berganti nama menjadi FIGC tahun 1909) membuat sebuah kompetisi baru bernama Seconda Categoria (sebelum masa Serie-B) di tahun 1904 sebagai ajang untuk menyaring kompetensi klub2 baru ini sebelum dipromosikan ke Campionato Federale baru yg sejak saat itu diberi nama anyar: Prima Categoria.
Adalah Pro Vercelli klub pertama dari Seconda Categoria yg berhasil promosi ke Prima Categoria di tahun 1907 dan bahkan langsung berhasil menjuarai kompetisi tertinggi sepakbola Italia tersebut di tahun 1908 ato hanya 1 tahun setelah promosi. Pd 1912 FIGC menetapkan peraturan baru ttg promosi yg akhirnya merubah nama Seconda Categoria menjadi Promozione.
II. FIGC & CCI
Tapi kemudian masalah barupun muncul, meskipun jumlah klub baru yg bisa masuk Prima Categoria berhasil dibatasi setiap musimnya namun jumlah klub yg berkompetisi di sana terus bertambah karena tidak adanya klub yg keluar (ato degradasi) dari situ. Parahnya adalah karena saat itu setiap klub yg berkompetisi di Prima Categoria memiliki representatif di FIGC (jd seperti Parlemen) maka banyak klub2 kecil yg jumlahnya mayoritas menolak usulan klub2 elit Italia untuk memberlakukan sistem degradasi untuk mengurangi jumlah klub Prima Categoria sekaligus membuat kompetisi berjalan lebih kompetitif.
Puncaknya adalah pd saat pelatih legendaris Italia, Vittorio Pozzo, mengajukan petisi kepada FIGC pd 1921 yg popular dengan sebutan Progetto Pozzo agar dirancang sebuah sistem degradasi namun setelah voting yg berjalan alot ternyata petisi tersebut harus kandas karena representatif klub2 kecil yg telah disebutkan di atas tidak ingin terlempar dari Prima Categoria. Akhirnya di tahun tersebut para klub elit memutuskan hengkang dari FIGC dan membentuk CCI dan mengadakan kompetisi sendiri yg mereka namakan Prima Divisione dan kasta keduanya yg dinamakan Seconda Divisione. Sementara di sisi lain FIGC tetep ngotot menyelenggarakan Prima Categoria meski tanpa dihadiri klub2 elit.
III. Prima Divisione 1921-1922 (CCI)
Salah satu regulasi yg disetujui dalam penyelenggaraan pertama Prima Divisione musim 1921-1922 oleh CCI adalah diberlakukannya regulasi sistem degradasi, sementara sistem kompetisi akan dibagi dalam 2 turnamen; Lega Nord dan Lega Sud. Juara masing2 turnamen akan diadu dalam Final untuk menentukan juara Prima Divisione 1921-1922.
Lega Nord yg diikuti 24 klub akan dipecah menjadi 2 Grup, kedua Juara Grup akan diadu dalam Final Lega Nord dan pemenangnya akan menjadi Juara Lega Nord Prima Divisione 1921-1922 sementara kedua Juru Kunci juga akan diadu dalam play-off degradasi (spareggi) dan yg kalah akan terdegradasi untuk kemudian digantikan Juara Lega Nord Seconda Divisione 1921-1922.
Lega Sud diikuti oleh 32 klub yg terbagi dalam 5 Regional berbeda (Lazio, Marche, Campania, Puglia dan Sicilia) karena kemampuan ekonomi klub2 peserta2 Lega Sud tidak memungkinkan untuk diadakannya turnamen panjang seperti yg diterapkan di Lega Nord, masing2 Juara Regional akan diadu dalam play-off dan pemenangnya menjadi Juara Lega Sud sementara regulasi degradasi Lega Sud memberlakukan sistem berbeda untuk masing2 Regional: Lazio (9 klub berformat liga, 3 klub terbawah degradasi langsung), Marche (6 klub yg dibagi dalam 2 grup, 5 klub terdegradasi langsung), Campania (7 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung), Puglia (4 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung), Sicilia (6 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung).

Klasemen Akhir Prima Divisione CCI 1921-1922
Lega Nord
Grup A:
1. Pro Vercelli 36
2. Novara 32
3. Bologna 27
4. Mantova 24
5. Andrea Doria 23
6. Juventus 22
7. Hellas Verona 22
8. US Milanese 20
9. AC Milan 18
10. US Livorno 17
11. Spezia 16
12. Vicenza 7
Grup B:
1. Genoa 37
2. Alessandria 28
3. Pisa 27
4. Modena 26
5. Padova 23
6. Casale 20
7. Legnano 20
8. Savona 20
9. Torino 20
10. Venezia 17
11. Brescia 15
12. Inter Milan 11
i) Pro Vercelli dan Genoa maju ke Final Lega Nord
ii) Vicenza dan Inter Milan bertemu di Play-off degradasi Lega Nord
Lega Sud
Campania:
1. Puteolana 24
2. Savoia 18
3. Inter Napoli 12
4. Naples FC 11
5. Ilva Bagnolese 10
6. Juve Stabia 9
7. Salernitana 0
Sicilia:
1. Palermo 20
2. Libertas Palermo 12
3. Messinese 10
4. Umberto Messina 10
5. SC Messina 8
6. Vigor Trapani 0
Marche:
Grup Macerata:
1. Helvia Recina 8
2. Macerata FC 4
3. Virtus Macerata 0
Grup Ancona:
1. Anconitana 8
2. Virtus Senigallia 4
3. Folgore 0
Grup Finale Marche:
1. Anconitana 12
2. Vigor Senigallia 7
3. Helvia Recina 4
4. Macerata FC 1
Lazio:
1. Fortitudo Roma 28
2. Alba Roma 22
3. Juventus Audax 21
4. Lazio 21
5. US Romana 15
6. Roman FC 12
7. Audace Roma 12
8. Pro Roma 8
9. Tivoli 4
Puglia:
1. Audace Taranto 9
2. Pro Italia Taranto 8
3. Liberty Bari 6
4. Veloce Taranto 1
i) Puteolana, Palermo, Anconitana, Fortitudo Roma dan Audace Taranto maju ke Final Lega Sud
ii) Salernitana, Vigor Trapani, Virtus Macerata, Folgore, Audace Roma, Pro Roma, Tivoli dan Veloce Taranto terdegradasi langsung ke Seconda Divisione Lega Sud
Finale Lega Nord
Pro Vercelli vs Genoa 0-0 2-1 (Agg. 2-1)
Finale Lega Sud
1st Round:
Puteolana vs Anconitana 3-0
Audace Taranto vs Palermo 1-0
Semifinal:
Fortitudo Roma vs Audace Taranto 4-1
Final:
Fortitudo Roma vs Puteolana 2-0
Finale Prima Divisione CCI 1921-1922
Fortitudo Roma vs Pro Vercelli 0-3 5-2 (Agg.8-2)
* Revisi pasca Comprommeso Colombo:
Lega Nord;
1) Play-off degradasi Vicenza vs Inter Milan dibatalkan
2) US Livorno, Spezia, Venezia dan Brescia diikutsertakan dalam play-off degradasi
Lega Sud;
1) Grup Regionale Marche ditiadakan, semua klub di dalamnya terdegradasi ke Seconda Divisione Lega Sud kecuali Anconitana sebagai Juara Grup
IV. Re-Integrasi CCI ke FIGC 1922
Pd 22 Juni 1922 atau hanya setahun setelah ‘pembelotan’ CCI, pihak FIGC dan CCI menyetujui petisi yg diajukan Emilio Colombo (Direktur harian olahraga terkemuka La Gazzetta Dello Sport saat itu). Petisi ini yg dikenal dengan sebutan Comprommeso Colombo yg berisi formula penyelenggaraan sebuah kompetisi baru yg diikuti klub2 hasil integrasi kompetisi Prima Categoria dan Promozione FIGC dengan Prima Divisione dan Seconda Divisione CCI, pada akhirnya baik FIGC dan CCI menyepakati Comprommeso Colombo dan setuju untuk bersatu kembali di bawah nama FIGC.
Dengan disetujui kesepakatan ini lahirlah Prima Divisione baru yg menggantikan Prima Categoria FIGC dan Prima Divisione CCI, serta lahir juga Seconda Divisione baru yg menggantikan Promozione FIGC dan Seconda Divisione CCI. Baik Prima Divisione dan Seconda Divisione dibagi dalam 2 Turnamen, Lega Nord akan dijalankan oleh FIGC sementara Lega Sud dijalankan CCI.
V. Petisi Emilio Colombo (Direktur La Gazzetta Dello Sport) 1922
Untuk memperjelas apa saja isi dari Petisi Colombo atau yg dikenal dengan Comprommeso Colombo, maka di sini saya akan menjabarkan poin2 Comprommeso Colombo sesuai apa yg saya ketahui.
Hal-hal yg disepakati:
1) Reunifikasi kedua Asosiasi (FIGC dan CCI) dan reintegrasi kompetisi2 di bawah kedua Asosiasi tersebut.
2) Kompetisi utama musim 1922-1923 yg kini dinamai Prima Divisione di bawah FIGC (Lega Nord) akan diikuti oleh 36 klub dari 2 kompetisi musim sebelumnya Prima Categoria FIGC dan Lega Nord Prima Divisione CCI serta dibagi dalam 3 Grup – setiap grup diisi masing2 12 klub.
3) Kompetisi utama baru musim 1922-1923 akan diselenggarakan terpisah antara Lega Nord di bawah FIGC dan Lega Sud di bawah CCI.
4) Pada kompetisi Lega Sud di bawah CCI, seluruh proses teknis kompetisi akan diserahkan sepenuhnya kepada Asosiasi yg berwenang (CCI).
5) Kompetisi sepakbola Italia mulai musim kompetisi 1922-1923 akan terdiri dari 4 level/kasta yaitu Prima Divisione danSeconda Divisione yg dijalankan bersama oleh FIGC (Lega Nord) dan CCI (Lega Sud) sertaTerza Divisione dan Quarta Divisione yg dijalankan oleh Comitati Regionali/Komite Regional (di bawah CCI).
6) Mulai musim kompetisi 1923-1924, Prima Divisione Lega Nord FIGC hanya akan diikuti 24 klub.
7) FIGC mengakui Pro Vercelli yg memenangkan Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juara Italia (scudetto) yg sah. (Akhirnya hal ini menjadikan adanya 2 Juara pd musim 1921-1922: Novese sebagai juara Prima Categoria dan Pro Vercelli sebagai juara Prima Divisione.
Pengorganisasian 36 klub peserta Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:
1) 12 klub yg berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing2 6 klub yg menempati posisi teratas Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Pro Vercelli, Novara, Bologna, Mantova, Andrea Doria, Juventus, Genoa, Alessandria, Pisa, Modena, Padova, Casale.
2) 12 klub yg berasal dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC, terdiri dari masing2 2 klub yg menempati posisi teratas keenam Grup Regional. Mereka adalah: Sampierdarenese, Speranza Savona, Novese, US Torinese, Esperia Como, Cremonese, Petrarca Padova, Udinese, SPAL, Virtus Bolognese, Pro Livorno, Lucchese.
3) 6 klub yg berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing2 3 klub yg menempati posisi ke-7 hingga ke-9 dari Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Hellas Verona, US Milanese, AC Milan, Legnano, Savona, Torino.
4) 6 klub yg berasal dari hasil play-off degradasi (spareggi), peserta spareggi terdiri dari: 3 klub yg menempati posisi terbawah Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 6 klub), masing2 2 klub yg menempati posisi ke-3 hingga ke-4 dari keenam Grup Regional Prima Categoria 1921-1922 FIGC (total 12 klub), 2 klub yg menempati posisi teratas Putaran Final Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 2 klub).
Pengorganisasian spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:
1) Putaran Kualifikasi spareggi FIGC diikuti oleh seluruh wakil dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC (12 klub) yg akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yg maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Rivarolese, Valenzana, Pastore, Viareggio, Como, Piacenza, Bentegodi Verona, Sestrese, Parma, Treviso, Libertas Firenze, Enotria Goliardo. Putaran Kualifikasi CCI diikuti 2 klub Juru Kunci Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI melawan 2 klub wakil Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI dan akan menghasilkan 2 klub yg maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Vicenza, Inter Milan (Prima Divisione), Derthona, SC Italia Milano (Seconda Divisione). Format pertandingan berlangsung 1 kali di tempat netral.
2) Putaran Utama spareggi diikuti 8 klub dari Putaran Kualifikasi spareggi dan 4 klub tersisa wakil Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI yg akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yg berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Mereka adalah: Venezia, Rivarolese, Pastore, Spezia, US Livorno, Piacenza, Sestrese, Brescia, Derthona, Treviso, Inter Milan, Libertas Firenze. Format pertandingan berlangsung 2 kali home dan away, apabila dalam 2 pertandingan tidak berhasil menemukan pemenang maka diadakan 1 pertandingan penentu di tempat netral.
3) Putaran Tambahan spareggi diikuti 4 klub yg tersingkir dari Putaran Utama spareggi (2 klub lagi tidak diikusertakan, Libertas Firenze tidak memiliki jumlah skuad yg cukup dan Piacenza mengundurkan diri) yg dibagi dalam 2 putaran, semifinal dan final. Mereka adalah: Sestrese, Venezia, Spezia, Treviso. Semua putaran berformat 1 kali pertandingan di tempat netral.
Setelah spareggi berhasil menghasilkan 6 klub yg berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923, ternyata masih ada 1 jatah tersisa sebagai akibat dari bangkrutnya Pro Livorno yg sebelumnya sudah masuk ke dalam 12 klub teratas Prima Categoria 1921-1922 FIGC. Karena alasan inilah Comprommeso Colombo memperpanjang masa spareggi untuk menghasilkan 1 klub lagi yg mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923.
Hasil lengkap spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:
Putaran Kualifikasi
Dibagi dalam 2 zona; zona FIGC dan zona CCI. Pertandingan berlangsung 1 kali dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang melaju ke putaran utama.
FIGC
Rivarolese – Valenzana 2-0
Pastore – Viareggio 4-0
Como – Piacenza 1-2
Bentegodi Verona – Sestrese 2-7
Parma – Treviso 1-2
Libertas Firenze – Enotria Goliardo 2-1
CCI
SC Italia Milan – Inter Milan 0-2 (SC Italia Milano mengundurkan diri)
Derthona – Vicenza 4-0
Putaran Utama
Zona FIGC dan CCI digabung. Pertandingan berlangsung dalam 2 leg (home dan away), sementara apabila hasilnya imbang akan ditentukan di pertandingan tambahan yg dilaksanakan di tempat netral hingga menemukan pemenangnya. Pemenang berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Klub yg disebut pertama adalah tuan rumah leg I, klub yg disebut serikutnya adalah tuan rumah leg II.
Rivarolese – Venezia 0-0 2-1
Spezia – Pastore 1-1 1-2 Piacenza – US Livorno 2-4 (diulang karena masalah teknis, hasil sebelumnya 1-4) 0-2 (Piacenza mengundurkan diri)
Brescia – Sestrese 2-0 0-5 (Penentuan 2-0)
Treviso – Derthona 0-1 0-1
Inter Milan – Libertas Firenze 3-0 1-1
Putaran Tambahan
Dibagi dalam 2 putaran; Semifinal dan Final. Setiap putaran berlangsung dalam 1 kali pertandingan dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang putaran Final berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923 menggantikan Pro Livorno yg bangkrut.
Semifinal
Sestrese – Venezia 1-0
Spezia – Treviso 3-0
Final
Spezia – Sestrese 2-1
VI. Kontroversi Petisi Emilio Colombo & Perkembangannya
Dengan sekilas kita bisa melihat bahwa Comprommeso Colombo mengabaikan Lega Sud dibandingkan Lega Nord, indikasinya jelas yaitu bahwa Comprommeso Colombo sama sekali tidak mengatur pengorganisasian Lega Sud dan sepenuhnya fokus pd pengorganisasian Lega Nord. Hal ini jugalah yg pada awalnya menjadi titik utama kontroversi Comprommeso Colombo pada tahun2 awal kelanjutan Prima Divisione. Alasan Colombo memprioritaskan Lega Nord sebenarnya cukup bisa dipahami mengingat pada saat itu klub2 yg berasal dari selatan tidak memiliki prestise dan kemampuan finansial memadai sehingga hanya dianggap jauh lebih inferior, namun tetap saja tidak bisa dibenarkan karena jelas ada ketidakadilan dan diskriminasi dalam hal ini
Setelah era transformasi dari Prima Divisione ke Serie-A pd awal tahun 30an dan terutama pasca era Perang Dunia II pd akhir tahun 40an ternyata kontroversi seputar Comprommeso Colombo masih berputar, namun fokus kontroversi bergeser dari yg awalnya ttg diskriminasi terhadap klub2 Selatan (Lega Sud) menjadi ttg diskriminasi terhadap klub2 Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC. Indikasinya utamanya adalah seputar penetapan 36 klub peserta Lega Nord Prima Divisione 1922-1923 dimana klub2 dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC diberi jatah yg lebih sedikit dibandingkan klub2 dari Prima Divisione 1921-1922 CCI, bahkan pd proses spareggi seluruh wakil Prima Categoria 1921-1922 FIGC langsung diikutsertakan sejak Putaran Kualifikasi sementara hanya 2 dari total 6 klub Prima Divisione 1921-1922 CCI peserta spareggi yg mengikuti Putaran Kualifikasi. Indikasi lain adalah diturunkannya kasta Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC setelah Comprommeso Colombo mentransformasi kedua kompetisi tersebut menjadi Terza Divisione dan Quarta Divisione.
Pergeseran kontroversi Comprommeso Colombo paling anyar terjadi pasca skandal Calciopoli 2006 yg memaksa Juventus terdegradasi dan meninggalkan Inter Milan sebagai satu2nya klub Italia sepanjang sejarah yg tidak pernah terdegradasi dari kasta pertama kompetisi sepakbola Italia. Sebagian pihak yg merasa tidak bisa menerima fakta ini bahkan kemudian memfitnah Inter Milan seharusnya terdegradasi pd tahun 1922 karena menempati posisi Juru Kunci Lega Nord Prima Divisione Grup B 1921-1922 CCI dengan menggunakan Comprommeso Colombo sebagai alasan Inter Milan terlepas dari degradasi. Hal terakhir inilah, yg setelah saya jabarkan panjang lebar di atas, akan saya luruskan kembali kebenarannya
Petisi Colombo versi Pasca Calciopoli 2006: Fitnah Terhadap Inter Milan & Fakta Sebenarnya
1. Fitnah: Inter Milan seharusnya terdegradasi setelah mengakhiri Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B. Fakta: Sejak awal Regulasi Prima Divisione 1921-1922 CCI tidak menyatakan Juru Kunci kedua Grup Lega Nord otomatis terdegradasi langsung. Inter Milan yg berakhir sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B seharusnya menjalani play-off degradasi (spareggi) melawan Vicenza selaku Juru Kunci Lega Nord Grup A, pemenangnya akan bertahan di Prima Divisione dan yg kalah terdegradasi ke Seconda Divisione. Hanya saja Spareggi antara Inter Milan vs Vicenza tidak pernah terjadi karena didahului oleh disepakatinya Comprommeso Colombo sebelum jadwal pertandingan tersebut
2. Fitnah: Comprommeso Colombo diajukan oleh Emilio Colombo dan manajemen Inter Milan. Fakta:Manajemen Inter Milan tidak terlibat perancangan Comprommeso Colombo karena petisi tersebut awalnya disusun Emilio Colombo bersama Presiden FIGC, Luigi Bozino, dan Presiden CCI, Giovanni Lombardi pada sebuah pertemuan mediasi 7 Desember 1921 di Milan. Fitnah ini muncul hanya karena tempat diselenggarakannya mediasi berdekatan dengan vila milik Enrico Olivetti, Presiden Inter Milan dari 1923-1926 (baru dilantik sebagai Presiden Inter Milan hampir 2 tahun setelah proses mediasi awal yg dipermasalahkan!)
3. Fitnah: Comprommeso Colombo berisi permohonan agar Inter Milan tidak didegradasi dan menjadikan Venezia sebagai pengganti Inter Milan untuk degradasi. Fakta: Silakan dibaca lagi poin2 Comprommeso Colombo di atas dan tolong tunjukan bagian yg menyatakan Venezia menggantikan Inter Milan untuk terdegradasi. Inter Milan lolos dari degradasi berdasarkan regulasi yg disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yg sah, sebaliknya Venezia justru terdegradasi juga berdasarkan regulasi yg disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yg sah.

Sabtu, 26 November 2011

LA GRANDE INTER

Ketika Inter Milan mengakhiri penantian 45 tahun untuk mengangkat Piala Eropa di Santiago Bernabeu pada Mei 2010, kemenangan mereka 2-0 atas Bayern Munich adalah puncak dari lari yang telah fundamental didasarkan pada organisasi. José Mourinho, yang terkenal bagi manusia manajemen-nya dan taktik pragmatis, telah membentuk tim dalam gambar-Nya sendiri: ditentukan, kejam dan mudah beradaptasi

Kemenangan 1-0 di Stamford Bridge untuk mengalahkan mantan klubnya Chelsea di enam belas terakhir, yang benar-benar layak setelah kinerja luhur dan gol kemenangan, itu merupakan tanda awal dari apa yang akan terjadi. Dalam menghilangkan pemegang Barcelona dengan tampilan defensif bersejarah di Nou Camp di leg kedua semi final - selama lawan-lawan mereka telah menguasai 86% - Saya Nerazurri telah digunakan taktik yang dapat ditelusuri kembali ke lama sebelum Mourinho.

Angelo Moratti, seorang miliarder yang membuat kekayaannya melalui minyak, menjadi presiden Inter Milan pada 1955 dan bersepeda melalui berbagai pelatih - termasuk legenda klub Giuseppe Meazza untuk dua mantra yang terpisah - dalam upaya untuk memberikan Scudetto lain. Lima tahun setelah kedatangannya, dia akhirnya menemukan pria yang tepat. Helenio Herrera menyerahkan kendali pada tahun 1960 dan melanjutkan untuk memimpin Inter meraih tiga gelar Serie A, dua Piala Eropa (dan lain akhir) serta dua Piala Intercontinental. Timnya, efisien dibor dalam gaya catenaccio, menjadi dikenal sebagai Grande Inter dan Il Mago Herrera (Wizard).

Rincian waktu Herrera dan tempat lahir terselubung dalam misteri - diterima bahwa ia dilahirkan di sebuah pulau di suatu tempat di Rio de la Plata, di perbatasan Argentina dan Uruguay. Ketidakpastian tetap sekitar tanggal lahirnya, namun. Tidak hanya itu disarankan bahwa ayah Herrera sengaja memasukkan dokumen kelahiran yang salah, tapi kemudian istrinya juga mengklaim dirinya berubah Herrera jelas tahun kelahirannya 1910-1916. Anak dari orang tua Spanyol, keluarganya pindah ke Maroko ketika ia berusia empat dan ia menjadi warga negara Prancis

Seperti Mourinho, Herrera tidak mencapai sukses sebagai pemain. Seorang bek profesional, dia berbalik keluar untuk berbagai klub Prancis selama tahun 1930 dan 1940-an, terutama dengan Stade Francais, tapi piala berhasil menghindarinya. Setelah pensiun pada tahun 1945, Herrera segera memulai karir pelatih di Prancis, mengambil alih dan Stade Francais Puteaux. Pada tahun 1960, Herrera telah membangun reputasi luar biasa dengan karyanya di enam klub di Spanyol. Il Mago telah mantra di Real Valladolid, Malaga, Deportivo La Coruña dan Sevilla, tetapi berada di Atletico Madrid dan kemudian Barcelona di mana nya gaya manajemen lincah berbuah terbaiknya.

Herrera membawa Atleti untuk back-to-back kejuaraan Spanyol pada awal tahun 1950-an sebelum mengulangi feat hampir satu dekade kemudian di Catalonia. Barcelona juga memenangkan Piala Spanyol dan Inter-Cities Fairs Cup (pendahulu Piala UEFA) di bawah kepemimpinannya. Herrera meninggalkan Camp Nou setelah terus meludah dengan pemain bintang tim Laszlo Kubala, sebuah peristiwa yang meramalkan perawatan dari pemain tertentu di Inter, tapi kesan abadi telah ditinggalkan baik di Spanyol dan seluruh Eropa.

Sebuah disiplin dengan ide-ide trailblazing diet, motivasi dan taktik, Herrera benar-benar dari waktu ke depan. Dia benar-benar dikelola apa yang pemainnya makan dan merupakan salah satu pelatih pertama untuk mengambil skuadnya jauh sebelum pertandingan, membatasi kontak dengan keluarga dan teman-teman selama membangun-up. Seorang Buddhis yang mulai setiap hari dengan sesi yoga, Herrera diharapkan komitmen yang sama dari pemain di semua aspek persiapan. Sebagai alat motivasi, ia akan menanamkan mantra ke dalam jiwa tim dan menulis slogan-slogan di dinding ruang ganti.

Fans juga memainkan peran penting dalam keberhasilan Inter di bawah Herrera, seorang manajer yang dengan cepat menyadari pentingnya kerumunan. Klub didanai bepergian kelompok penggemar untuk memastikan dukungan gencar di laga tandang di Italia dan Eropa, sementara Herrera membantu untuk menciptakan asosiasi di seluruh negeri. Dalam banyak hal, dukungan Inter waktu bisa digambarkan sebagai ultras pertama. Pendekatan teliti dan ide-ide visioner, dikombinasikan dengan tim dari individu-individu berbakat, tak lama datang bersama-sama untuk menghasilkan periode terbaik dalam sejarah kesuksesan Inter.

Dalam dua musim pertamanya bertugas, Inter bermain gaya sepakbola luas dan gagal untuk memenangkan Scudetto. Dengan 1962-1963, Herrera telah mengadopsi formasi lebih defensif, mengasah 5-3-2 sebagai Inter memenangkan kejuaraan. Meskipun Herrera mengklaim telah menemukan catenaccio, timnya tidak bermain versi ultra-defensif ideologi. Itu tidak menghentikan dia, lagi bergema Mourinho, bermain dengan citra dalam upaya pragmatis untuk membelokkan tekanan dari timnya. Perilaku sinis mereka dan tekad belaka untuk menang mungkin telah dilengkapi template taktik catenaccio, tetapi mereka telah kehalusan lebih. Taca la bal - serangan bola - adalah moto dan gaya Herrera timnya sering bisa mendahului Total Football Belanda, yang akan dimuliakan satu dekade kemudian di Piala Dunia 1974.

Berdasarkan rock-solid kembali lima - biasanya Armando Picchi, Tarcisio Burgnich, Aristide Guarneri, Giacinto Facchetti dan Gianfranco Bedin - Grande Inter pakaian kontra-menyerang hipnotis. Facchetti, khususnya, menyediakan lebar reguler dari full-back, sementara Jair dan Sandro Mazzola adalah pemain bakat ini yang bisa memberikan gol. Picchi, juga, merasa nyaman membawa bola dari belakang meskipun penyapu ditunjuk. Herrera bahkan menemukan ruang di sisi tubuhnya, meskipun terkenal atas perintah dari Moratti, untuk pemain mewah - Mario Corso. Pemain sayap dibuat lebih dari 400 penampilan bagi Inter tapi akhirnya menjadi terkenal karena dirasakan kurangnya upaya

Memenangkan gelar pada 1963 berarti kualifikasi Piala Eropa Inter musim berikutnya, yang masih dalam masa pertumbuhan relatif, tetapi memiliki reputasi yang berkembang setelah eksploitasi awal Real Madrid dan Benfica. Rival sekotanya AC Milan telah memenangkan kompetisi tahun sebelumnya dan sesuai diikuti Inter pada upaya pertama. Inter hanya kebobolan dua gol dalam enam pertandingan pembukaan mereka, merobohkan Everton, Monaco dan Partizan, untuk mendirikan semi-final dengan Borussia Dortmund. Hasil imbang 2-2 leg pertama di Jerman memberi Italia keunggulan, dan kemenangan telah selesai dengan kemenangan 2-0 kembali di Milan. Sekitar 30.000 Interisti perjalanan ke Wina untuk, sisi akhir Herrera mengalahkan lima kali juara Madrid, yang timnya adalah penuaan dengan 1964, 3-1 untuk mengangkat trofi.

Musim berikutnya, 1964/65, sangat banyak Inter dan puncaknya Herrera. Inter memenangkan kedua Seri A dan Piala Eropa untuk kedua kalinya di bawah Argentina, mencapai ganda yang luar biasa. Inter lagi menunjukkan nilai mereka di Eropa, menolak Dinamo Bucharest, Rangers dan - kontroversial - Liverpool untuk mencapai final kedua berturut-turut. Dua kali juara Benfica, yang dipimpin oleh Eusebio angkuh, para penentang mereka dan tujuan Jair soliter terbukti cukup untuk memenangkan piala didambakan untuk musim kedua berjalan. Scudetto lain diikuti pada tahun 1966 sebelum penampilan ketiga Piala Eropa akhir tahun kemudian. Meskipun mengambil memimpin dini melalui Mazzola, Inter dipukuli oleh 'Singa Lisbon Celtic di salah satu final paling terkenal dalam sejarah turnamen itu.

Inter tidak akan pernah mencapai ketinggian yang di bawah Herrera lagi, dan memang di bawah setiap manajer untuk waktu yang lama. Dia meninggalkan klub pada 1968 dan meskipun dia kembali untuk kampanye lain di pertengahan 1970-an, dominasi dari Grande Inter berakhir. Tuduhan akan muncul ke permukaan di tahun kemudian berkaitan dengan doping dan suap di klub, tetapi mereka tidak banyak untuk menodai besarnya semata prestasi Herrera. Yang pertama dari manajer modern jenis, ia merevolusi klub dan dampaknya, begitu banyak yang dapat dilihat pada Mourinho, masih terasa hari ini.
by Chris Shaw

Kamis, 27 Oktober 2011

forza inter!!!!!

CORO CURVA NORD


Ti seguiremo ovunque andrai
sempre al tuo fianco tu ci vedrai
perchè l'Inter è nel mio cuore
è la mia vita, l'unico mio amore
Da piccolino non lo sapevo
ma l'ho capito mentre crescevo
tifare Inter vuol dire onore
e mio cugino lo odio con tutto il cuore
la la la la capolista vola
la la la la capolista vola
la la la la capolista vola LALALALALALA

ascolta la base audio
Forza ragazzi non vi lasceremo mai

Forza ragazzi non vi lasceremo mai...
Forza ragazzi non vi lasceremo mai...
Forza ragazzi non vi lasceremo mai...
la Nord è qui con voiiiii.....


ascolta la base audio
Ovunque noi andremo

Ovunque noi andremo....
sempre ti sosterremo
noi non ti lasceremo maaaaai...
forza inter dai.....
lalalalallalala


ascolta la base audio
Ma che bello è

Ma che bello è...stare insieme a te...
son 30 anni che...svalvoliam per te...
FORZA INTER ALE'...INTER INTER!!!
(con battimani) Ma che bello è...
stare insieme a te... son 30 anni che...svalvoliam per te...
FORZA INTER ALE'...INTER INTER!!!

ascolta la base audio
Io ti seguirò

Ioooo....ti seguirò...sempre e ovunque canteròòò...per l'onore della maglia...FORZA INTER FACCI UN GOOOOL.....ooo oooo o oooo ooo FORZA INTER FACCI UN GOOOL!
Inter devi vincere!!

Oraaa tutta quanta la Curva...canterà per te...Inter devi vincere...Inter devi vincere!!!


ascolta la base audio
Insieme a noi

Insieme a noi...Insiema a noi...Forza Inter vinci e lotta insieme a noi...Insieme a noi...Insieme a noi...Forza Inter vinci e lotta insieme a nooooi...insieme a noi insieme a noi Forza Inter vinci e lotta insieme a noi!
Inter vinci per noi

Dai Inter vinci per noooi...Dai Inter lotta per nooooiii...ovunque sarai da noi sentirai un coro che fa così...INTER!!!

ascolta la base audio
Sempre con voi

Siamo sempreee con vooii..
Siamo sempreee con vooii..
Siamo sempreee con voi non vi lasceremo maiiiiiii!!! Forza Inter eeeee...Forza Inter ooo...Forza Inter eeee....Forza Inter alee aleee!!!
Chi noi siamo

In ogni posto che andiamo...
La gente vuol sapere.... Chiii noooi siamo... Glielo diciamo....
Chiiii noooi siamo...Siamo l'armata nerazzuuurra...e mai nessun ci fermerà...noi saremo sempre qua quando l'Inter giocherà perchè l'Inter è la squadra degli ULTRAAAA'...nerazzurro è il colore che amiamo...nerazzurro sei tutto per noi...a S.Siro in Italia e in Europa...sei la fede di noi tuoi ULTRAAAA'..ooooOoOoo
Eccoci qua

Eccoci quaaaa...noi della Noooord....siamo gli ULTRAAA'...e canteremo così! Eoooo forza magica Inter...eeeOooo forza magica Inter EooOo forza magica Inter....
Enolagay

Tu per noi puoi vincere e poi...puoi pure perdere...tanto siamo sempre con te...è il nostro canto che dovunque sarai nell'aria sentirai...Neroblu è il colore per cui cantiamooo Nerobluuuu dai forza Inter daaii Nerobluuu...noi siamo qui con teee...dai forza Inter Inteeer Alèèè!!!

ascolta la base audio
Canteremo fino alla morte...TUA!!!

Cantereeeemo fino alla morte...TUUUAAA...innalzando i nostri coloooor...è la canzone che viene dal cuooooor...alèèè alèèè Inter alèèè...alèèèè Inter alèèè Forza Inter..Olèèè!

ascolta la base audio
In alto le nostre bandiere

In alto le nostre bandiereee...garriscono al vento del Noooord...noi siamo l'armata nerazzurraaa...ovunque coi nostri colooor...OoOOooOOo...OooOooOo...
OoooOOoo...OooOOoooo

ascolta la base audio
Azzurra e nera

Azzurra e neeeraa...è la bandieraaaa...che dalla curva sventoliamo alta e fieeera...diglielo ai GOBBI....ed agli Exxx...che io piuttosto di tradirla morireeeeiii...LA LLA Lallala La la Lalallala!

ascolta la base audio
Alè Inter

Alè Alè Alè INTER Alèèèè....
Alè Alè Alè INTER Alèèèè....
Alè Alè Alè...Alè Alè Alè...
Alè Alè Alè INTER Alèèèè....
OoOoOOoOO....OoOOoo..OOooOO...
OOooOOoooOooo...
Sempre al tuo fianco

Siamo sempre al tuo fianco...io di te non mi stanco...sei la cosa più bella che c'èèèèèèèè...OooOOoOooo...
OOoOOoOOooOOooO....
Siamo sempre al tuo fianco...io di te non mi stanco...sei la cosa più bella che c'èèèèèèèè...
Nerazzurro è

Nerazzurro èèèè la cosa che nasce dentro di meeeee...Neroblu sono i colori che amiamo noi...non ci fermerete mica voi...BASTARDI!!!

ascolta la base audio
Siamo sempre qua

Siamo sempre qua...che cantiam per teee...Alè Inter Alèèèèèè...Alèèè Alèèè Alèèè Inter Alèèè...siamo sempre qua...che cantiam per te...Alèèè Inter Alèèè...
Combatti e lotta

Dai Forza Inter olèèè...
Dai Forza Inter olèèè...
Combatti e lotta perchèèè....
noi siamo sempre...con te!! Lalalalla La la...la La laLalla La la...
Sha la lalla

Shalalalalaaaaaaa.....
Shalalalalaaaaaaa.....
Shalalalalaaaaaaa Shalalalalaaaaaaa.....
Shalalalalaaaaaaa INTER!!
OoOOoooOOooo...
OoOOoooOOooo...
OoOOoooOOooo INTER!!
E facci un gol

E facci un gol..eee...E facci un gol..eee..E Forza Inter facci un gooool...ed è la Nord che te lo chiede....E Forza Inter facci un goooool!
Nerazzurri Alè

Nerazzurri Alè Alèè...Nerazzurri Alè...
Nerazzurri Alè Alèè...Nerazzurri Alè
TUTTI INSIEME!!!
Nerazzurri Alè Alèè...Nerazzurri Alè...
Nerazzurri Alè Alèè...Nerazzurri Alè
TUTTI INSIEME!!!
E perchè l'Inter

E perchè l'Inter è la squadra del mio cuore...e perchè l'Inter è l'unico mio amore...per te facciam di tutto andiamo anche in galeraaa!Neroblu Neroblu che bel divertimento...Neroblu Neroblu per sempre insieme a teee!!!
Sarà capitato anche a voi

Sarà capitato anche a voiiiiiii...di avere l'Inter nel cuooore...cantando una sola canzooone...che fa...Nerazzurri Alè Nerazzurri Alè Nerazzurri Alèèèèè...
ascolta la base audio
Ogni volta che in campo
c'è l'Inter


ogni volta che in campo c'è l'Inter...con indosso i colori che amiamo...difendiamo la nostra bandiera...continuiamo a cantare per teeeee....
Ai Ai magica Inter

Ai Ai Ai Aiiii...magica Inteeeer...è triste il mio cuore lontano da te...che pensa soltanto alla figa!!!
No al calcio moderno

Non ne possiamo piùùùùù....delle divise bluuuu...no al calcio modernooo...no alla pay-tv....
I Nerazzurri

Alèèè Inter Alèèè...
Alèèè Inter Alèèè...
Alèèè Inter Alèèè...
i Nerazzurri i Nerazzurri Alèèè!!
Olè Inter

Olè Olè Olè Olè...
Inter Inter...
Olè Olè Olè Olè...
Inter Inter!

Jumat, 21 Oktober 2011

ARTI SEBUH LOGO INTER

Jangan pernah sekali pun menganggap remeh sebuah logo. Meski kebanyakan hanya berupa gambar dan tulisan, didalamnya terkandung sejuta makna. Logo boleh jadi merupakan maksud dan tujuan klub, yang direfleksikanke dalam gambar atau tulisan. Setiap bentuk atau corak yang tertata disana, pasti ada artinya.

Terkadang, logo sebuah klub mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, juga perjalanan klub tersebut. Ini juga berlaku terhadap logo Inter Milan. Saat pertama kali berdiri, tifografi IMFC (Internazionale Milan Football Club) melekat di logo klub yang berwarna emas. Selanjutnya, perkembangan logo Inter hampir tak pernah dipisahkan dari lambang ular-simbol kekuatan kota Milano dan tifografi IMFC.Berikut adalah Logo-logo Inter Milan dari berdiri hingga sekarang serta penjelasannya.







Adalah Giorgio Muggiani disainer lokal perancang kostum inter milan yang diberi kepercayaan untuk mendisain logo generasi pertama. Bentuknya berupa lingkaran dengan warna emas, sesuai kostum Inter di awal berdirinya. Tifografi IMFC diletakkan didalam lingkaran.Warna hitam biru juga disertakan.





 Logo ini dipakai pada masa Inter dipaksa memakai nama Ambrosiana Inter. Gambar Ular "simbol kota milan" diikutkan dalam upaya pencitraan klub dalam bentuk logo ini. Bentuk logo semula lingkaran berubah menjadi perisai. Tanda bahwa Itali saat itu terlibat Perang Dunia I. Tifografi IMFC tetap terasa, namun didisain lebih kecil dan ditempatkan diatas perisai.Perubahan lain, warna emas tak lagi mendominasi.




Pada era 1978-80 pada era Presiden Fraizzoli, logo dengan gambar ular diperkenalkan lagi.Tempatnya di tengah logo yang berbentuk perisai. Hanya,kali ini tifografi IMFC dihilangkan. Warna yang dominan adalah hitam biru. Sementara itu, tanda bintang ditempatkan ditengah perisai. Persis di depan kepala ular. Saat Inter merebut Scudetto di tahun 1988-89, logo ini masih dipakai. Baru di ganti memasukki musim 1991-92.





 Ini logo yang dipakai inter saat tahun 2000-an. Logo Inter terdahulu, lingkaran berwarna dasar emas, digunakan sampai musim 1998-99.Setelah itu tak dipakai lagi, sebagai gantinya logo generasi pertama tersebut direnovasi oleh disainer bernama Nico Collona.
Bentuk tak berubah, tetap lingkaran.Tifografi IMFC pun tetap ada. Perubahan yang paling drastis adalah soal warna.Logo yang semula berwarna emas diganti dengan warna dominan hitam biru.Selain itu,tanda bintang yang semula diluar lingkaran, ditempatkan di dalam lingkaran tepat di depan tifografi.Tambahan lain,tulisan inter ditempatkan di bagian atas.Sementara, tahun berdirinya 1908, diletakkan di bawah.



Tahun 1960-an,atas usulan Presiden Angelo Moratti, tanda bintang dengan warna dasar emas diletakkan diatas logo Inter generasi pertama.Sang presiden ingin mengenang sekaligus menunjukkan bahwa Inter mampu meraih scudetto.Maklum, dalam khasanah sepak bola italia, lambang bintang identik dengan 10 scudetto.Perstasi besar sebuah klub yang harus ditonjolkan kepada publik, dan di pakai juga hingga sekarang.Bentuk logo utama sama sekali tidak mengalami perubahan.Tifografi IMFC tetap mendapat tempat

Kamis, 20 Oktober 2011

GW ULTRAS

Sebuah Ultras memiliki nama, hanya teman baik mengenalnya. Sebuah Ultras tidak memiliki wajah, sebagian besar waktu kerudung yang menutupi kepalanya, syal menutupi mulutnya. Sebuah Ultras tidak berpakaian seperti orang lain dan tidak mengikuti tren dan seperti yang terbaru. Ketika ia berjalan di jalan-jalan meskipun ia tidak memiliki logo pendukung ia dikenali. Sebuah serangan ultras jika diserang, dan membantu bila diperlukan, mereka tidak berhenti menjadi ultras secepat mereka mengambil syal mereka off dan kembali ke rumah, mereka pertempuran 7 hari seminggu. Seorang Ultras mengalami mengarah contoh untuk pemuda, pemuda menghormati Ultra tua. Para ultras muda bangga sambil berdiri di samping seseorang yang lebih berpengalaman, mereka belajar dari para kritikus dari ultras yang lebih tua, mereka pergi merah ketika diberi jabat tangan dari mereka. Ketika orang normal melihat ultra mereka tidak mengerti, tapi dia tidak ingin dimengerti, atau menjelaskan apa yang ia tentang. Setiap Ultra berbeda: ada orang-orang yang mengenakan logo supporter atau warna klub dan mereka yang tidak pernah mereka thU..

Minggu, 16 Oktober 2011

TRAGEDI SUPERGA

TRAGEDI SUPERGA itu, hujan turun di bagian utara Italia. Petir berkilat seirin...g derasnya hujan. Alam seperti tidak bersahabat lagi. Malang, sebuah pesawat dari Lisabon menuju Turin terlanjur mengudara.

Seperti belalang tersapu angin, pesawat nahas itu tak mampu mengendalikan diri. Krasss... Sayap pesawat menabrak Superga, bukit setinggi 670 meter di pinggiran Kota Turin. Pesawat pun meledak dan semua penumpang tewas mengenaskan.

Peristiwa yang terjadi pada pukul 17.04 waktu Italia, 4 Mei 1949 tersebut, merupakan lembar buram sejarah sepak bola Italia. Tak sekadar merenggut 31 jiwa. Lebih dari itu, kecelakaan itu juga memutus rantai sebuah generasi emas.

Bayangkan, 18 dari 31 penumpang yang tewas tersebut merupakan skuad inti Torino, tim tertangguh di Italia dan salah satu tim terkuat di Eropa. Pada saat itu, Torino adalah raja. Juventus atau Milan tak berkutik. Torino berhasil menobatkan diri sebagai juara sejati Italia dengan mengangkangi takhta Serie A dari 1943 sampai 1949 tanpa putus.

Yang lebih tragis, 70 persen kekuatan Timnas Italia juga ada di Torino. Klub berjulukan "El Toro" itu menyumbang 7 pemain untuk "Gli Azzurri". Salah satunya, Valentino Mazzola, kapten dari segala kapten, ayah dari legenda Inter Milan, Sandro Mazzola.

Valentino merupakan pemain paling karismatis di Italia. Pria yang telah mencetak 100 gol di Serie A sebelum umurnya menginjak 30 tahun ini dianggap seperti jenderal oleh teman-temannya. Nakhoda kapal "Gli Azzurri" ada di tangannya.

Hasilnya bisa ditebak. Pascakecelakaan tersebut, pamor Torino langsung padam. Takhta Serie A musim 1949-1950 pun dicuri kembali oleh Juventus. Yang lebih parah, Torino tak bisa lagi mempertahankan kebesarannya—saat itu Torino merupakan salah satu klub paling bergengsi di Italia. Akibat kehilangan kekuatan satu generasinya, Torino terduduk dan tak mampu bangkit lagi sampai saat ini.

Begitu juga nasib Timnas Italia. Setelah pada 2 Piala Dunia sebelumnya berhasil jadi juara, "Gli Azzurri" berubah jadi macan ompong. Hampir semua kekuatannya musnah seiring meledaknya pesawat di Bukit Superga. Hasilnya, pada Piala Dunia 1950, Italia hanya mampu meringis, tersingkir di babak penyisihan, dan Italia baru bisa bangkit lagi 33 tahun kemudian, saat menjuarai Piala Dunia 1982 di Italia.

Undangan maut
Petaka itu berawal dari undangan. Terbetik kabar, Kapten Benfica dan Timnas Portugal, Francisco Jose Ferreira, berniat gantung sepatu. Ferreira lalu mengundang sahabat dan pemain yang paling dihormatinya, Valentino Mazzola, untuk melakukan pertandingan persahabatan di Portugal.

“Aku ingin Torino menghadiri pertandingan terakhirku sebelum aku gantung sepatu. Kalian merupakan klub terkuat di Eropa. Aku yakin, dengan bertanding melawan kalian masyarakat akan berduyun-duyun datang ke stadion,” pinta Ferreira kepada Mazzola. Sang Kapten Torino pun menjawab, “Aku akan minta izin kepada Novo (Presiden Torino). Jika dia setuju maka aku akan datang ke pesta perpisahanmu,” jawab Mazzola.

Manajemen Torino tak keberatan. Asal, Mazzola dkk tetap harus tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Mazzola setuju. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara.

Pada Minggu, 3 Mei 1949, Mazzola dkk terbang ke Lisabon, Portugal, untuk berduel dengan Benfica. Ribuan orang menonton partai terakhir Ferreira tersebut. Pertandingan berjalan seru. Gol demi gol dilesakkan masing-masing tim. Benfica lebih beruntung. Jawara Liga Portugal itu menang tipis, 4-3.

Keesokan harinya, Tim Torino berangkat pulang ke Italia. Menumpang pesawat jurusan Barcelona-Turin yang transit di Benfica pada pukul 15.15, Mazzola dkk pulang dengan perasaan riang. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa malaikat maut telah menunggu hanya dalam hitungan jam. Duh..

Satu jam pertama, pesawat terbang normal. Sayang, saat tiba di langit Italia, hujan turun dengan deras. Badai datang menghantam. Sekitar pukul 16.45, radio bandara Kota Turin mendapat berita dari pilot pesawat bahwa cuaca sangat buruk. Awan tebal menyelimuti Kota Turin. Di daerah Superga, mata pilot hanya bisa menjangkau pada radius 40 meter.

Pilot pesawat dan menara pemantau di bandara Turin saling memberi kabar. Malang tak dapat dihindari. Pada pukul 17.04, sinyal radio dari pesawat tiba-tiba terputus. Pihak bandara pun tak bisa menerka apa yang telah terjadi. Selang beberapa menit kemudian, pada pukul 17.12, kepolisian kawasan Superga memberi kabar bahwa ada kecelakaan tragis. Sebuah pesawat membentur Bukit Superga. Semua penumpangnya tewas mengenaskan.

Italia terperangah. Perih menusuk di semua dada orang Italia. Para legenda sepak bola mereka tewas mengenaskan. Ratusan polisi dan tenaga sukarelawan menyerbu ke lokasi. Mereka mencoba menolong seolah tak percaya bahwa para korban telah tewas. Konglomerat Giovanni Agnelli dan pelatih legendaris Vittorio Pozzo sampai ikut turun ke lapangan untuk membantu sekuat tenaga.

Semua sia-sia. Rantai emas sepak bola Turin dan Italia telah putus. Italia pun menangis. (Yoyok/Soccer)

Info Tragedi Superga
Jenis: Kecelakaan pesawat
Lokasi: Superga, Turin (Italia)
Tanggal: 4 Mei 1949
Korban: 31 orang tewas

Info pesawat
Jenis: FIAT G-212 CP
Perusahaan: Avio Linee Italiane
Daya tampung: 32 orang
Rute: Barcelona–Turin

Kronologi
Lisabon – Berangkat pukul 15.45. (4 Mei 1949)

Bukit Superga – Pulul 17.04. Hujan deras. Penglihatan pilot pesawat terganggu. Pilot coba melakukan pendaratan darurat. Sayang, sayap kiri pesawat menabrak bukit. Pesawat pun meledak.

Para Korban
Turin – Ribuan masyarakat Italia mengadakan upacara penghormatan untuk para korban. Berikut adalah para korban.

Pemain Torino
V Bacigalupo, G Gabetto, V Mazzola, To Ballarin, R Grava, R Menti, D Ballarin, C Grezar, P Operto, Bongiorni, Loik, F Ossola, And Castigliano, V Maroso, M Rigamonti, R Fadini, D Martelli, dan J Schubert.

Manajemen Torino
Civelleri, To Agnisetta, And Egrierbstein, L Lievesley, dan Or Cortina.

Wartawan
R Casalbore, L Cavallero, dan R Tosatti.

Kru pesawat
C Bianciardi, To Pangrazzi, C D' Inca, To Bonaiuti, Colonn, dan Meroni.

Minggu, 09 Oktober 2011

Zanetti Mister Loyalti

Zanetti Mister Loyalti
Zanetti Mister Loyalti
Sebenarnya, saya sedang super terguncyang. Lima Pertandingan resmi, 4 kalah, 1 seri. Kalah sama tetangga, kalah sama tim 10 hari, kalah sama klub pengganti, dan terakhir kalah dari tim promosi. Permainan pun tidak ada bentuknya. Yah, begitulah nasib Inter Milan sejak awal musim kompetisi 2011/2012. Bikin mood jeblok, agak lebay sih.
Tapi, dibalik hasil suram tersebut, ada seorang pemain yang super loyal. Beliau adalah Javier Zanetti, kapten Inter Milan. Ketika bermain melawan Novara tadi pagi, lengkap sudah 757 pertandingan. Dan itu merupakan rekor bagi klub, mengalahkan Giuseppe Bergomi (756  caps) maupun Giacinto Facchetti (629 caps), dua legenda Inter Milan lainnya.
Main di Inter Milan sejak 1995, ketika saya baru berumur 5 tahun, dan belum mengenal sepakbola. Yang jelas, Zanetti sungguh luar biasa. Bayangkan, sejak saat itu, entah siapapun pelatihnya, Zanetti tetap masuk starting eleven. Belum lagi loyalitas yang luar biasa, ketika Inter Milan mengalami masa suram (1990-2004). Tidak banyak pemain hebat yang bertahan di suatu klub meski sedang mengalami masa suram. Contoh lain yang saya kagumi adalah beberapa pemain Juventus ketika terdegradasi, misal Del Piero dan Buffon.
Berikut ini saya tuliskan Zanetti dalam angka, dikutip dari inter.it

  1. Total bermain 65.656 menit
  2. 46.967 menit bermain di Serie A
  3. 15.872 bermain di bawah pelatih Roberto Mancini, terbanyak
  4. 12.194 bermain di Eropa
  5. 5.280 bermain di Coppa Italia
  6. 757 penampilan
  7. 689 pertandingan main penuh
  8. 539 pertandingan Serie A
  9. 189 pertandingan Serie A di bawah Roberto Mancini
  10. 141 pertandingan Eropa
  11. 64 pertandingan Coppa Italia
  12. 51 booking
  13. 34 kali diganti
  14. 33 kali masuk sebagai cadangan
  15. 21 gol
  16. 16 pelatih di Italia
  17. 16 tropi
  18. 15 tropi ketika menjadi kapten
  19. 12 gol penentu
  20. 12 gol di Serie A
  21. 6 gol ketika dilatih Roy Hodgson, terbanyak
  22. 5 gol di Eropa
  23. 3 gol di Coppa Italia
  24. 1 gol di Piala Dunia Antar Klub
  25. 1 kali di keluarkan (Coppa Italia, Inter 0-2 Parma, 17 Februari 1999)
Menurut saya, sungguh menarik. Sebagai bek, hanya 1 kali di kartu merah. Bahkan, 51 booking dari 757 pertandingan juga sangat minim bagi seorang bek. Belum lagi tenaganya yang masih luar biasa, seperti anak muda. Plus, kelakuannya yang gak neko-neko baik di luar maupun di dalam lapangan. Tentunya, angka 757 ini tidak akan berhenti, dan mungkin terus bertambah.
Selain itu, ada juga komentar dari beberapa pelatih Inter Milan yang pernah menangani Javier Zanetti, saya kutip dari inter.it setelah dialih bahasakan oleh detik.com

Giuseppe Bergomi

MILAN - Jika bicara soal kesetiaan dan loyalitasnya kepada Inter Milan, patutlah kita merujuk pada Giuseppe Bergomi. Putra asli Milan ini hanya memperkuat satu klub selama karir sepakbolanya, yakni Inter Milan. Giuseppe Bergomi pertama kali memperkuat Inter pada musim 1979/80, dan tak pernah sekalipun berpaling ke klub lain. Tak ayal, klub menganugerahinya dengan gelar tak resmi sebagai pemain paling setia di Inter. Selama 19 musim, tepatnya hingga musim 1998/99, Bergomi menghabiskan karir sepakbolanya di kota Milan bersama Inter Milan.

"Bergomi ibarat bapak bagi pemain-pemain lain. Selain itu, dia salah satu pemain yang paling dicintai oleh tifosi Inter. Berkat kesetiaannyalah pendukung setia Inter menaruh hormat kepadanya," ungkap Luigi Simoni, allenatore Inter pada musim 1997/99.

Bergomi dilahirkan pada 22 Desember 1963. Sejak kecil, dia sudah jadi pendukung setia Inter. Tak heran jika sejak kecil pula dia memasang cita-cita untuk membela panji Inter suatu saat kelak. Mimpi itu kemudian menjadi kenyataan. Saat umurnya menginjak 17 tahun, Bergomi dipercaya mengenakan seragam hitam-biru kebesaran Inter.

Pada musim pertamanya, 1979/80, dia masih menjadi pemain tim kedua. Baru pada musim berikutnya dia dipromosikan ke tim utama. Sejak musim 1981/82, posisi di tim inti Inter, sebagai palang pintu andalan, praktis tak pernah lepas dari tangan Bergomi. Kinerjanya sebagai seorang bek sangat sulit ditembus oleh striker lawan mana pun. Kedisplinnya dalam menempel ketat pergerakan striker merupakan ciri khasnya sebagai seorang bek.

Puncak kerirnya sebagai pemain terjadi pada musim 1988/89. Kala itu dia berhasil membawa Inter scudetto untuk yang ke-13 kalinya. Terakhir kali Inter melakukannya pada musim 1979/80. Penantian selama sembilan tahun sukses diakhiri dan Bergomi punya andil besar. Saat itu, duet Bergomi bersama Andreas Brehme, pemain Jerman, di barisan pertahanan Inter sangat sulit ditembus. Faktanya, gawang Walter Zenga cuma kebobolan 19 gol sepanjang musim. Jumlah yang paling sedikit dibanding klub mana pun.
cintai dan Dipuja Interisti

Kedisplinan menjadi ciri khas Bergomi saat bermain. Dia punya filosof, meski hanya sejengkal, daerah pertahanannya tak boleh diterobos pemain lawan. Itulah kenapa Bergomi dianggap sebagai generasi terakhir catenaccio sejati.

"Aku lahir sebagai bek. Wajar sajalah jika aku loyal pada posisiku. Soal kenapa aku betah di Inter, kota Milan adalah tempat kelahiranku. Darahku seakan mengalir bersama perjalanan Inter," tutur Bergomi saat diwawancarai Reuters pada 1998.

Kesetiaan yang tiada batasnya. Saat Bergomi memutuskan pensiun dari sepakbola pada tahun 1999, tifosi setia Inter hampir selama seminggu penuh mengunjungi rumahnya yang berada di sebelah selatan kota Milan. Selain itu, saat diadakan pertandingan perpisahan, seluruh penonton yang sebagian besar pendukung setia Inter melakukan standing ovation ketika Bergomi melambaikan tangan. Perpisahan tersebut dilakukan di giornata terakhir Serie A musim 1998/99, saat itu Inter menjamu Bologna pada 23 Mei 1999.

Bergomi yang pernah empat kali bermain di Piala Dunia (1982, 1986, 1990 dan 1998), telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi Inter Milan. Sangatlah wajar pemain dengan penampilan terbanyak, dengan 756 kali, di Inter ini menjadi pujaan dan kesayangan tifosi.

PROFIL Alessandro Mazzola


Salah satu legenda Inter Milan yang lahir di turin (Italia) namun besar menjadi bintang di Inter Milan ialah Alessandro Mazzola atau yang selama ini kita kenal dengan Sandro Mazzola.Sandro mazzola lebih memilih menjadi pemain Inter ketimbang harus meneruskan kebintangan sang ayah (Valentino Mazzola) yang bermain di Fc.Torino, walaupun begitu Sandro Mazzola tetap harus menerima beban harapan yang tinggi dari publik kalau dirinya sehebat sang ayah.Sandro Mazzola harus menjalani hidup sebagai anak yatim ketika berusia 6 tahun. Sang ayah tewas bersama 30 penumpang lainnya termasuk pemain Fc.Torino akibat tragedi SUPERGA pada 4 mei 1949,kejadian ini membuat Sandro menjalani hidup tanpa bimbingan ayahnya.

Namun pengalaman buruk dimasa kecilnya ini
tidak membuatnya putus asa. Bakat sepak bola sudah terlanjur mengalir didalam darahnya,dia sudah menendang bola saat menemani ayahnya berlatih bersama Fc.Torino. Bahkan Mazzola sering diajak ayahnya saat memperkuat timnas Italia. Seringnya mengikuti kegiatan sang ayah membuat dirinya banyak dikenal para pemain Torino maupun timnas Italia saat itu. Dari sanalah karier sebagai pebola professional bisa dimulai. Namun, saat Mazzola pertama kali bergabung dengan Inter Milan justru bukan sebagai pemain melainkan sebagai maskot tim...

Suatu hari setelah tragedi SUPERGA Benito Lorenzi striker Inter Milan yang merupakan partner di timnas Italia dan salah satu sahabat sang ayah datang kerumah Sandro yang saat itu sedang bersedih setelah kehilangan ayahnya. Dia meminta izin kepada ibu Sandro Mazzola agar anaknya diizinkan menjadi maskot tim di (Inter Milan).

Dari seorang maskot, Sandro kemudian menjadi pemain binaan Inter. Nama besar ayahnya cukup mendukung karier yang diretasnya, namun nama besar ayanhnya pula yang sempat membuatnya nyaris mengubur mimpi menjadi pebola andal. Maklum , publik terlalu berharap banyak bisa kembali menyaksikan kehebatan sang ayah lewat penampilan Mazzola. Saking beratnya tekanan publik kepadanya Sandro pernah mencoba mengalihkan kariernya sabagai pemain basket.

Akhirnya,dengan tekatnya Sandopun memilih sepakbola. Pilihan Sandro setelah dilanda kebimbangan rupanya sangat tepat,bahkan mungkin dia berkembang lebih baik dari sang ayah. Selain sama-sama menjadi penyerang, Sandro punya kemampuan lain yang belum sempat ditunjukan ayahnya,dia punya daya kreativitas tinggi dalam merancang serangan. Sandro Mazzola memang bukan penyerang biasa.Urusan mencetak gol sudah jelas memang itu kemampuan utamanya,kemampuan yang sempat mencatatkan namanya menjadi Top Skorer Serie-A pada musim 1964-1965 dengan 17 gol, sekaligus memberikan scudetto bagi Inter di musim yang sama. Pada tahun ini pula Sandro Mazzola berhasil mengantarkan Inter Milan merengkuh trofi Liga Champion pertamanya dengan mengalahkan tim kuat saat itu yaitu Real Madrid pada partai final dengan skor 3-1. Dua gol diantaranya merupakan sumbangan dari Sandro Mazzola. Hanya sekedar pemberitahuan pada saat itu Real Madrid diperkuat oleh bintang-bintang top dunia seperti Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas.

Di luar kemampuan standar sebagai striker ,Sandro Mazzola dikenal mempunyai umpan akurat plus dribble dan kontrol bola yang mumpuni. Pergerakannya di atas lapangan mampu memberi ruang bagi pemain lain merangsek ke pertahanan lawan. Banyak yang menyebut kemampuan Sandro Mazzola bisa dilihat pada diri Fransesco Totti dan Alessandro Delpiero (waktu muda).
Kalau untuk era yang sama ada Gianni Rivera, kala itu keduanya malh bersaing langsung untuk menjadi playmaker andalan Italia. Keduanya menganggap diri masing-masing lebih baik dari rivalnya. Rivalitas itu justru menjadi salah satu faktor yang membuat penampilan Sandro Mazzola semakin bersinar. Dia adalah salah satu pahlawan InterMilan di 1960-an,salah satu pahlawan terbesar di masa La Grande Inter. Sosok yang patut menjadi Legenda Inter karena setia hingga mundur dari sepak bola.

BIODATA SANDRO MAZZOLA
Nama Lengkap :
Alessandro Mazzola
Lahir :
Turin (Italia), 8 November 1942
Posisi :
Striker , Playmaker.
Klub :
Inter Milan (1960 - 1977)
Main / gol :
Serie-A : 418/116
Liga Champion : 67/18
Coppa Italia : 80/24
Prestasi :
Scuddeto : 4 (1962-1963, 1964-1965, 1965-1966,1970-1971)
Liga Champion : 2 (1963-1964, 1964-1965)
Piala Interkontinental (sekarang Piala Dunia Antar Klub) : 2 (1964 ,1965)
Piala Eropa : 1 (1968)

STATISTIK DERBY DELLA MADONNINA



kenapa pertandingan antara (Inter Milan vs AC Milan) dinamakan Derby della Madonnina karena di dekat stadion Giuseppe Meazza, ada patung Bunda Maria yang letaknya dipuncak Gereja Cathedral Milan yang biasa dipanggil Madonnina. Banyak yang bilang Derby della Madonnina adalah salah satu derby terbaik didaratan eropa. Pendapat tersebut memang tidak salah,pertandingan yang mempertemukan Inter Milan dengan AC Milan ini selalu menampilkan sebuah pertandingan yang berkelas, menarik, mendebarkan dan sarat gengsi ini memang terlalu sayang apabila dilewatkan. Kedua tim ini memang sudah menjelma sebagai klub papan atas dunia yang telah meraih banyak trophi, baik trophi domestik maupun trophi internasional. Bahkan menurut bos I Nerazzurri,Massimo Moratti "Derby della Madonnina lebih bergengsi dibandingkan final Liga Champions sekalipun". Karena disetiap pertemuan kedua tim, aroma panas langsung menyelimuti kota milan. Kota Milan bak terbelah dua menjadi lautan merah biru, pemain kedua timpun semakin tertantang untuk membuktikan siapa yang paling baik di kota Milan, bahkan mungkin di Italia. Selama lima musim terakhir pertemuan kedua tim semakin panas, ini dilandasi rekor pertemuan dari kedua tim. Pertemuan kedua tim secara keseluruhan sampai sekarang memang masih dipegang oleh AC Milan dengan
108 kemenangan. Tapi soal prestasi 5 musim terakhir, AC Milan masih kalah dari Inter Milan, begitupun dengan jumlah gelar Scudetto yg dimiliki kedua tim sekarang Inter lebih unggul satu trophi dari AC Milan dengan 18 Trophi.

Berikut ini statistik pertemuan Inter vs Milan :
Match's INTER Win's Draw MILAN Win's Gol INTER Gol MILAN
Serie A 175 64 52 59 255 236
Coppa Italia 23 7 7 9 22 32
Liga Champions 4 0 2 2 1 6
Lain-Lain 72 24 11 37 128 159
Total 274 95 71 108 407 433
Fakta-Fakta Menarik Derby della Madonnina
Sebenarnya asal mula laga derby ini berawal dari hal yang sepele, yaitu karena adanya ketidakpuasan dari pemain asing yang bermain di klub AC Milan. Pada awal berdirinya AC Milan pada tahun 1899, manajemen klub memang lebih mengutamakan pemain asli Italia sementara pemain non - italia (asing) sedikit dinomorduakan. Hal inilah yang membuat sebagian anggota tim hengkang dan mendirikan klub baru pada tahun 1908 yang dinamakan Internazionale Milano (inter Milan).
Pada 3 maret 1918, perseteruan kedua tim mulai menanjak. Saat itu I Rossoneri (julukan AC Milan) yang telah berdiri terlebih dahulu dan lebih berpengalaman bisa kalah dari Inter Milan yang notabanenya lebih muda dan belum terlalu berpengalaman dengan skor sangat telak yaitu 8-1. Hal itu menunjukan bahwa Inter Milan semakin matang.
Pada era 60'an Derby della Madonnina malahirkan fakta yang menarik. Karena mempertemukan dua bintang asal Italia yang sedang naik daun pada waktu itu. Salah satu bintang Inter -Sandro mazzola- , bersaing melawan andalan AC Milan -Gianni Rivera-. Ironisnya persaingan tersebut berlanjut hingga ke timnas Italia, Ferruccio Valcareggi pelatih Italia saat itu tidak pernah menurunkan kedua pemain secara bersamaan.
Pada kurun waktu 1980'an-1990'an AC Milan diperkuat trio Belanda yang waktu itu sangat terkenal yakni Marco VanBasten, Ruud Gullit dan Frank Rijckaard dan pada waktu yang nyaris sama, Inter Milan diperkuat tiga pilar timnas Jerman yaitu Andreas Brehme, Juergen Klinsmann dan Lothar Mattheaus. Uniknya saat piala dunia 1990 Belanda bertemu Jerman di stadion Giusseppe Meazza yang merupakan markas dari Inter dan Ac Milan. Meski judulnya pertandingan antar negara yang bertajuk piala dunia, tapi banyak para pengamat sepak bola berpendapat bahwa pertandingan tersebut lebih pantas disebut sebagai partai derby Milan. Pertandingan tersebutpun akhirnya dimenangkan Jerman dengan skor 2-1.
Pada tahun 2003 Inter bertemu dengan rival sekotanya AC Milan, kali ini agak sedikit berbeda karena kedua tim bersua di semifinal liga champions yang notabanenya pertemuan pertama di ajang tersebut. Di pertemuan ini kedua tim hanya bermain imbang 0-0 pada leg pertama, dan 1-1 pada leg kedua yang membuat Ac Milan lolos ke partai final dan bertemu klub asal Italia lainnya Juventus.

Berikut pertemuan 5 musim terakhir antara kedua klub :

2005-2006
Inter 3-2 Milan Adriano 24,93, martins 61, shevchenko 39, Stam.
Milan 1-0 Inter Kaladze 71.

2006-2007
Milan 3-4 inter Seedorf 53, Gilardinho 79, Kaka 94, Crespo 17, Stankovic 22, Ibra 50, Materazzi 72.
Inter 2-1 Milan Cruz 56, Ibra 76, Ronaldo 40.

2007-2008
Inter 2-1 Milan Cruz 36, Cambiasso 64, Pirlo 18.
Milan 2-1 Inter Inzaghi 53, Kaka 58, Cruz 78.

2008-2009
Milan 1-0 Inter Ronaldinho 36.
Inter 2-1 Milan Adriano 29, Stankovic43, Pato 72.

2009-2010
Milan 0-4 Inter Motta 29, Millito 36,Maicon 46, Stankovic 70.
Inter 2-0 Milan Millito 10, Pandev 67.

2010-2011
Inter 0-1 Milan Ibrahimovich 4 (pen)

Big Seven Liga Serie A Italia 90-an







Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, SS Lazio, AC Fiorentina, AC Parma adalah tujuh klub yang pernah menjadi Big Seven Liga Serie A Italia karena prestasinya yang membanggakan di Eropa pada medio 90-an hingga awal 2000an. Namun, setelah era millennium atau lebih tepatnya pasca skandal calciopoli yang melibatkan Juventus, AC Milan, SS Lazio, AC Fiorentina, Liga yang pada masa itu menjadi liga paling elit saentero Eropa secara drastis anjlok ratingnya. Prestasi tim-tim papan atas Serie A di kompetisi Eropa semakin menurun, kesulitan keuangan klub dan animo penonton yang semakin tahun semakin kecil.
Direktur AC Milan, Umberto Gandini akhir-akhir ini menyinggung soal eksistensi Liga Italia yang diprediksi akan menjadi liga kelas dua di Eropa di bawah Liga Premier Inggris, La Liga Spanyol dan Bundesliga Jerman. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penonton di stadion-stadion klub Seri A musim lalu yang hanya 24.603 jauh dari Bundesliga yang mencapai angka 42.441 per partai atau di Liga Inggris 34.150 serta di La Liga yaitu 27.699. Maka tak heran jika koefisien Bundesliga kini menggeser Italia di peringkat ketiga, yang mana mereka berhak mengirimkan empat wakil ke Liga Champions pada musim 2012-2013. Sementara, Seri A pada musim itu cuma bisa menyertakan tiga wakilnya.
Perihal inilah yang kini membuat kekawatiran bagi klub-klub Serie A maupun para fans-nya. Namun, untuk saat ini, seyogyanya penggemar Liga Italia masih bisa tersenyum dengan keberadaan Inter Milan yang tahun lalu menjuarai Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub serta saat ini menjadi satu-satunya klub Italia yang masih bertahan di Liga Champions dimana pada perempat final akan menghadapi satu-satunya wakil Jerman, Schalke 04.
Apabila, Inter mampu melangkahi Schalke dan bahkan menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut rasanya UEFA harus kembali merevisi koefisien Liga Italia dalam kancah Eropa. Meskipun kondisi persepakbolaan di Italia sedang krisis, jawaban Inter Milan selama ini seharusnya menjadi acuan bahwa Serie A masih menjadi liga yang populer di mata masyarakat dunia.
Di Indonesia misalnya, keberadaan liga non lokal yang pertama kali tayang di Indonesia ini masih menjadi liga paling banyak peminatnya. Sejak 1990, Liga Italia tayang di RCTI dan disambut positif oleh fans sepakbola di Indonesia. Bandingkan dengan Liga Inggris yang baru ditayangkan pada tahun 2005 dan tenar pada masa Jose Mourinho melatih Chelsea. Apalagi Liga Spanyol yang baru tayang tiga tahun terakhir dan seperti kompetisi dua klub yang mempertontonkan kehebatan (hanya) dua klub yakni Real Madrid dan Barcelona.
Di Indonesia, Milanisti, Juventini dan Interisti menduduki jajaran fans klub Eropa papan atas bersama Manchester United Fans Club, Liverpudlian dan Arsenal Fans. Sedangkan Romanisti dan Laziale berada pada kelas dua bersama Madridista, Barcelonistas, Chelsea Fans dan Bayern Munich Fans. Survei inilah yang kemudian membuat gejolak di dunia maya setelah selama dua tahun terakhir Liga Italia tidak ditayangkan oleh stasiun televisi gratis di Indonesia, meskipun paruh ke dua musim ini, Indosiar menayangkan pada jam dini hari tiga partai per pekan.
Antusiasme para fans klub Liga Italia di dunia khususnya di Indonesia dan fanatisme yang membuat klub-klub Liga Italia selama ini masih punya pemasukan dari hak siar televisi adalah kenyataan bahwa Liga Italia merupakan liga paling diminati. Bukan masalah enak ditonton dan glamour serta umbar kekayaan seperti di Inggris, bukan masalah kesombongan membeli pemain-pemain termahal dunia seperti di Spanyol dan bukan masalah animo penonton yang tinggi seperti di Jerman. Namun, sejarah dan nilai yang terkandung pada Liga Italia yang membuat senyawa antara penikmat Liga Italia dengan eksistensi klub-klub Italia.
Skandal calciopoli memang telah melukai Serie A pun juga dengan krisis keuangan yang mulai pulih saat ini. Akan tetapi, Serie A kini tengah dalam masa perbaikan menuju liga modern sambil terus diiringi keberadaan Inter Milan di kancah Eropa. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan stadion-stadion baru klub papan atas seperti Inter, Juventus dan Roma. Setidaknya, fans Liga Italia selalu bangga dengan liga legendaries di Indonesia ini.
Kita tunggu saja, apakah Inter Milan yang tersisa di Eropa menunjukan bahwa jangan anggap remeh Liga Italia. Sebagai juara dunia, rasanya tidak berlebihan jika klub asuhan Leonardo ini kembali berjaya di Eropa dan dunia. Dan tentu, Bundesliga harus legowo jika suatu saat jatah empat wakilnya di Liga Champions kembali dikurangi.

Sabtu, 08 Oktober 2011

KELOMPOK ULTRAS NERAZURRI

Dalam beberapa tahun yang lalu bahkan hingga saat ini, kerusuhan baik di dalam maupun di luar stadion sering pecah di Italia. Banyak yang menganggap segala insiden tak lepas dari ulah kelompok suporter garis keras yang menamakan dirinya Ultras. Dengan segala fanatismenya, Ultras dianggap sering menimbulkan masalah hampir di setiap pertandingan, terlebih yang bernuansa rivalitas.

Namun, ada hal menarik dari kehadiran Ultras di Italia. Sebagai pendukung klub yang paling loyal, Ultras ternyata memiliki hak suara untuk ikut menentukan kebijakan klub. Ultras di Italia juga cenderung lebih terorganisir, bahkan hampir menyerupai sebuah organisasi politik.

Jika dipersempit, Curva Nord 69 (penghuni tribun utara Stadion Giuseppe Meazza), menjadi salah satu dengan jumlah anggota terbanyak di Italia. Menurut data yang dikeluarkan La Republica tahun 2005 yang lalu, Inter menguasai sekitar 16 persen fans fanatik sepak bola di Italia, Tentunya sekarang akan lebih bertambah dengan segudang prestasi beberapa tahun terakhir serta torehan threeble winnersnya yang menganggkat kembali wajah italy di kencah dunia.

Curva Nord 69 menjadi salah satu kelompok suporter yang paling disegani di Italia. Bukan hanya dari tindakan anarkis mereka di lapangan, tapi juga dari sisi positif. Sudah 40 tahun sejak 1969 mereka mengabdikan dirinya guna menyemangati setiap Inter bertanding. Jelas dengan usia setua itu, pengaruh mereka pun cukup kental. Bahkan, mantan kapten AC Milan, Paolo Maldini pun sempat mengakui loyalitas pendukung setia rivalnya itu. “Selama ini mereka memang kerap membuat kami khawatir di lapangan, namun saya mengakui loyalitas mereka,” kata dia.

Curva Nord 69 bukan hanya didominasi satu kelompok tifosi saja. Inter memiliki beberapa kelompok Ultras yang selalu setia mendampinginya di setiap laga. Salah satunya Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre), kelompok Ultras tertua ke dua La Curva Milanosetelah Fossa dei Leoni dari Curva Sud. Selain itu, ada juga Ultras InterViking InterBrianza AlcoolicaIrriducibili, dan beberapa kelompok minor lain. Mereka inilah yang selalu menyemangati I Nerazzurri.



LA Curva Nord 69 Milano


1. Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre)
Kelompok tertua di Curva Nord 69. Berdiri pada 1969, hanya selang setahun setelah Fossa dei Leonipertama kali muncul. Boys diambil dari nama anak nakal di sebuah komik bernama serupa. Di era 80-an Boys S.A.N kian ditakuti sebagai kelompok yang kerap membuat ulah. Namun, sejak awal 90-an, Boys S.A.N meminimalisir aksi anarkis, dan lebih fokus mengekspresikan fanatisme melalui berbagai koreografi di stadion. Sekadar info, Boys S.A.N terbentuk meneruskan ide pelatih Inter ketika itu, Helenio Herrera yang menginginkan terbentuknya sebuah kelompok suporter yang terorganisir dengan rapih.


2. Ultras Inter (Forever Ultras)
Di Curva Nord, Ultras menjadi yang tertua ke dua setelah Boys S.A.N. Mereka berdiri sejak 1975 dengan nama Forever Ultras sebelum diganti pada 1995. Pelopornya adalah dua pemuda bernama Luciano dan Curzio, yang pertama kali memunculkan spanduk bertuliskan Forever Ultras di Curva Nord, tepat berdampingan dengan Boys S.A.N. Sejak 1997, Ivan Renato menjadi sutradara Ultras setelah meneruskan era kepemimpinan sebelumnya.






3. Viking Inter
Kelompok ketiga di Curva Nord ini terbentuk pada 1984. Viking juga dikenal sebagai salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal di Italia. Sayang, mereka kerap bersikap rasis. Kebetulan, Viking memang berhubungan sangat dekat denganBlood & Honour Varese (kelompok suporter yang menolak anti-rasisme di sepak bola). Viking pun menjadi sangat menonjol di Curva Nord dengan indentitas bendera paling besar di antara suporter Ultras Inter lainnya.


4. Brianza Alcoolica
Brianza Alcoolica (semangat Brianza) memang baru resmi didirikan pada November 1985. Namun, berbagai spanduk bertuliskan nama kelompok mereka sudah muncul beberapa tahun sebelumnya di Madrid, Spanyol. Dipelopori oleh beberapa orang yang merasa tidak cocok dengan segala kekerasan Curva Nord, Brianza Alcoolica memisahkan diri dengan idealisme mereka untuk menciptakan hiburan di stadion. Mungkin karena itu pula Brianza Alcoolica menjadi kelompok dengan jumlah suporter paling sedikit di antara lima lainnya.


5. Irriducibili
Irridubicili menjadi kelompok paling kontroversial di antara Ultras Inter lainnya. Berdiri sejak 1988, kelompok ini juga dikenal dengan nama “Skins” ini langsung membuat kericuhan dengan menyerang setiap pendukung lawan yang datang ke Giuseppe Meazza. Ciri khas Irridubicili adalah maskot seekor anjing hitam sebagai lambang kejahatan atau keonaran bernama Muttley. Dengan slogan “Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori” (untuk menjadi yang terbaik, tidak cukup dengan bersikap baik), tak heran jika jika Irridubicili kerap berbuat onar di stadion. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengaku setiap mendukung Inter, tak akan pernah lepas dari minuman beralkohol.


6. Milano Nerazzurra
Kelompok ini memang lebih kecil dibanding Boys SAN atau lainnya. Namun, mereka justru mampu tampil dengan warna-warna mencolok melalui koreografinya di sisi kiri Curva Nord. Milano Nerazzurra juga mendapat julukan “Potere Nerazzurro” atau Si Hitam Biru yang Kuat. Sejak berdiri sekitar akhir 80-an, Milano Nerazzurri memang telah menyatakan ketidakcocokannya dengan saudara tua mereka, Boys SAN. Tak heran jika letak kedua kelompok ini berjauhan, yang satu di sisi kiri, dan yang satunya di sisi kanan.


7. Boys Sez Roma

Meski Boy Sez Roma lahir dari sekelompok laki-laki yang berasal dari Kota Roma, mereka justru merupakan pendukung fanatik Inter Milan. Sejak awal berdiri pada 1979 lalu, kelompok ini memang membatasi anggotanya di usia 18-30 tahun, dan tentunya dengan satu tujuan mendukung Inter Milan. Boy Sez Roma mengambil posisi di sisi kanan Curva Nord dan berhubungan sangat dekat dengan Boys S.A.N.


Beberapa ULTRAS kecil lainya :


1. Quelli dell Baffo
QDB adalah sekelompok neroazzurri pendukung (terutama Mei-Borgomanero Borgosesia, ditambah beberapa orang di Milan) bahwa dasar serikat mereka dalam dua keyakinan penting:
1) Bawa warna kita dan gairah kita di mana-mana
2) dan minum minuman keras dalam sukacita
berpesta connubbio (jenis minuman keras), cinta sepakbola (yang sebenarnya), mempunyai moto "Kau Tak akan minum sendiri", dan menangis yang menyatukan kita dan mengikat kita erat untuk warna kita tercinta. Jika Anda yakin dalam hal ini, jika Anda ingin bersenang-senang, bergairah dan percaya ... bergabung dengan kami. Datanglah ke utara kurva, area 242 di atas Inter Milan, untuk menghabiskan hari Minggu yang menyenangkan dan menghibur.
Semua panggung untuk menyeret tim kami dan mendorong Anda selama sembilan puluh menit ... sebuah emosi yang tidak ada TV dapat memberikan Anda.



2. Vodka Sour Group (VGS)

VSG lahir pada 17 oktober 1999, emg salah satu kelompok minoritas. tapi kelompok ini tetap ga bisa dipandang sebelah mata. karena VSG adalah kelompok Fanatik yang hampir di semua laga Home-Away inter mereka selalu hadir. moto mereka "bersama tertawa bersama menangis dalam euforia Curva Nord"






3. FO DE CO (FDC) "EXTREME"
setelah beberapa tahun militansi di North Bend, dan yang sudah mengerti arti sebenarnya dari kata "EXTREME", secara resmi dibuka pada musim panas 2000, FDC. bersatu dan kompak, dan mendukung di semua pertandingan di Italia dan luar negeri. Kelompok ini kebanyakan terdiri dari anak laki-laki di daerah tersebut, tetapi sekarang juga termasuk orang-orang dari propinsi lain.


4. Squilibratti
Resmi di bentuk pada 24 Juli 2006
Kelompok ini terdiri dari siswa dan bertekad untuk menjunjung tinggi Inter dan Curva Nord, dengan maksud untuk memperbaikinya, dan membawa sekitar Italia dan Eropa untuk warna yang kita cintai.
Harapan untuk masa depan dapat positif, berharap untuk militansi lama bersama kelompok lain yang kita cintai Curva Nord dan seperti biasa berpartisipasi aktif di Curca Nord.







5. Imbastisci
Terbentuk 16 Mei 1993








6. Bulldogs Inter
Neh termasuk menengah keatas terbentuk 23 oktober 1988