Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, SS Lazio, AC Fiorentina, AC Parma adalah tujuh klub yang pernah menjadi Big Seven Liga Serie A Italia karena prestasinya yang membanggakan di Eropa pada medio 90-an hingga awal 2000an. Namun, setelah era millennium atau lebih tepatnya pasca skandal calciopoli yang melibatkan Juventus, AC Milan, SS Lazio, AC Fiorentina, Liga yang pada masa itu menjadi liga paling elit saentero Eropa secara drastis anjlok ratingnya. Prestasi tim-tim papan atas Serie A di kompetisi Eropa semakin menurun, kesulitan keuangan klub dan animo penonton yang semakin tahun semakin kecil.
Direktur AC Milan, Umberto Gandini akhir-akhir ini menyinggung soal eksistensi Liga Italia yang diprediksi akan menjadi liga kelas dua di Eropa di bawah Liga Premier Inggris, La Liga Spanyol dan Bundesliga Jerman. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penonton di stadion-stadion klub Seri A musim lalu yang hanya 24.603 jauh dari Bundesliga yang mencapai angka 42.441 per partai atau di Liga Inggris 34.150 serta di La Liga yaitu 27.699. Maka tak heran jika koefisien Bundesliga kini menggeser Italia di peringkat ketiga, yang mana mereka berhak mengirimkan empat wakil ke Liga Champions pada musim 2012-2013. Sementara, Seri A pada musim itu cuma bisa menyertakan tiga wakilnya.
Perihal inilah yang kini membuat kekawatiran bagi klub-klub Serie A maupun para fans-nya. Namun, untuk saat ini, seyogyanya penggemar Liga Italia masih bisa tersenyum dengan keberadaan Inter Milan yang tahun lalu menjuarai Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub serta saat ini menjadi satu-satunya klub Italia yang masih bertahan di Liga Champions dimana pada perempat final akan menghadapi satu-satunya wakil Jerman, Schalke 04.
Apabila, Inter mampu melangkahi Schalke dan bahkan menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut rasanya UEFA harus kembali merevisi koefisien Liga Italia dalam kancah Eropa. Meskipun kondisi persepakbolaan di Italia sedang krisis, jawaban Inter Milan selama ini seharusnya menjadi acuan bahwa Serie A masih menjadi liga yang populer di mata masyarakat dunia.
Di Indonesia misalnya, keberadaan liga non lokal yang pertama kali tayang di Indonesia ini masih menjadi liga paling banyak peminatnya. Sejak 1990, Liga Italia tayang di RCTI dan disambut positif oleh fans sepakbola di Indonesia. Bandingkan dengan Liga Inggris yang baru ditayangkan pada tahun 2005 dan tenar pada masa Jose Mourinho melatih Chelsea. Apalagi Liga Spanyol yang baru tayang tiga tahun terakhir dan seperti kompetisi dua klub yang mempertontonkan kehebatan (hanya) dua klub yakni Real Madrid dan Barcelona.
Di Indonesia, Milanisti, Juventini dan Interisti menduduki jajaran fans klub Eropa papan atas bersama Manchester United Fans Club, Liverpudlian dan Arsenal Fans. Sedangkan Romanisti dan Laziale berada pada kelas dua bersama Madridista, Barcelonistas, Chelsea Fans dan Bayern Munich Fans. Survei inilah yang kemudian membuat gejolak di dunia maya setelah selama dua tahun terakhir Liga Italia tidak ditayangkan oleh stasiun televisi gratis di Indonesia, meskipun paruh ke dua musim ini, Indosiar menayangkan pada jam dini hari tiga partai per pekan.
Antusiasme para fans klub Liga Italia di dunia khususnya di Indonesia dan fanatisme yang membuat klub-klub Liga Italia selama ini masih punya pemasukan dari hak siar televisi adalah kenyataan bahwa Liga Italia merupakan liga paling diminati. Bukan masalah enak ditonton dan glamour serta umbar kekayaan seperti di Inggris, bukan masalah kesombongan membeli pemain-pemain termahal dunia seperti di Spanyol dan bukan masalah animo penonton yang tinggi seperti di Jerman. Namun, sejarah dan nilai yang terkandung pada Liga Italia yang membuat senyawa antara penikmat Liga Italia dengan eksistensi klub-klub Italia.
Skandal calciopoli memang telah melukai Serie A pun juga dengan krisis keuangan yang mulai pulih saat ini. Akan tetapi, Serie A kini tengah dalam masa perbaikan menuju liga modern sambil terus diiringi keberadaan Inter Milan di kancah Eropa. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan stadion-stadion baru klub papan atas seperti Inter, Juventus dan Roma. Setidaknya, fans Liga Italia selalu bangga dengan liga legendaries di Indonesia ini.
Kita tunggu saja, apakah Inter Milan yang tersisa di Eropa menunjukan bahwa jangan anggap remeh Liga Italia. Sebagai juara dunia, rasanya tidak berlebihan jika klub asuhan Leonardo ini kembali berjaya di Eropa dan dunia. Dan tentu, Bundesliga harus legowo jika suatu saat jatah empat wakilnya di Liga Champions kembali dikurangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar