neh yg udah pada mampir
Kamis, 27 Oktober 2011
CORO CURVA NORD
Jumat, 21 Oktober 2011
ARTI SEBUH LOGO INTER
Jangan pernah sekali pun menganggap remeh sebuah logo. Meski kebanyakan hanya berupa gambar dan tulisan, didalamnya terkandung sejuta makna. Logo boleh jadi merupakan maksud dan tujuan klub, yang direfleksikanke dalam gambar atau tulisan. Setiap bentuk atau corak yang tertata disana, pasti ada artinya.
Terkadang, logo sebuah klub mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, juga perjalanan klub tersebut. Ini juga berlaku terhadap logo Inter Milan. Saat pertama kali berdiri, tifografi IMFC (Internazionale Milan Football Club) melekat di logo klub yang berwarna emas. Selanjutnya, perkembangan logo Inter hampir tak pernah dipisahkan dari lambang ular-simbol kekuatan kota Milano dan tifografi IMFC.Berikut adalah Logo-logo Inter Milan dari berdiri hingga sekarang serta penjelasannya.
Adalah Giorgio Muggiani disainer lokal perancang kostum inter milan yang diberi kepercayaan untuk mendisain logo generasi pertama. Bentuknya berupa lingkaran dengan warna emas, sesuai kostum Inter di awal berdirinya. Tifografi IMFC diletakkan didalam lingkaran.Warna hitam biru juga disertakan.
Logo ini dipakai pada masa Inter dipaksa memakai nama Ambrosiana Inter. Gambar Ular "simbol kota milan" diikutkan dalam upaya pencitraan klub dalam bentuk logo ini. Bentuk logo semula lingkaran berubah menjadi perisai. Tanda bahwa Itali saat itu terlibat Perang Dunia I. Tifografi IMFC tetap terasa, namun didisain lebih kecil dan ditempatkan diatas perisai.Perubahan lain, warna emas tak lagi mendominasi.
Pada era 1978-80 pada era Presiden Fraizzoli, logo dengan gambar ular diperkenalkan lagi.Tempatnya di tengah logo yang berbentuk perisai. Hanya,kali ini tifografi IMFC dihilangkan. Warna yang dominan adalah hitam biru. Sementara itu, tanda bintang ditempatkan ditengah perisai. Persis di depan kepala ular. Saat Inter merebut Scudetto di tahun 1988-89, logo ini masih dipakai. Baru di ganti memasukki musim 1991-92.
Ini logo yang dipakai inter saat tahun 2000-an. Logo Inter terdahulu, lingkaran berwarna dasar emas, digunakan sampai musim 1998-99.Setelah itu tak dipakai lagi, sebagai gantinya logo generasi pertama tersebut direnovasi oleh disainer bernama Nico Collona.
Bentuk tak berubah, tetap lingkaran.Tifografi IMFC pun tetap ada. Perubahan yang paling drastis adalah soal warna.Logo yang semula berwarna emas diganti dengan warna dominan hitam biru.Selain itu,tanda bintang yang semula diluar lingkaran, ditempatkan di dalam lingkaran tepat di depan tifografi.Tambahan lain,tulisan inter ditempatkan di bagian atas.Sementara, tahun berdirinya 1908, diletakkan di bawah.
Tahun 1960-an,atas usulan Presiden Angelo Moratti, tanda bintang dengan warna dasar emas diletakkan diatas logo Inter generasi pertama.Sang presiden ingin mengenang sekaligus menunjukkan bahwa Inter mampu meraih scudetto.Maklum, dalam khasanah sepak bola italia, lambang bintang identik dengan 10 scudetto.Perstasi besar sebuah klub yang harus ditonjolkan kepada publik, dan di pakai juga hingga sekarang.Bentuk logo utama sama sekali tidak mengalami perubahan.Tifografi IMFC tetap mendapat tempat
Terkadang, logo sebuah klub mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, juga perjalanan klub tersebut. Ini juga berlaku terhadap logo Inter Milan. Saat pertama kali berdiri, tifografi IMFC (Internazionale Milan Football Club) melekat di logo klub yang berwarna emas. Selanjutnya, perkembangan logo Inter hampir tak pernah dipisahkan dari lambang ular-simbol kekuatan kota Milano dan tifografi IMFC.Berikut adalah Logo-logo Inter Milan dari berdiri hingga sekarang serta penjelasannya.
Adalah Giorgio Muggiani disainer lokal perancang kostum inter milan yang diberi kepercayaan untuk mendisain logo generasi pertama. Bentuknya berupa lingkaran dengan warna emas, sesuai kostum Inter di awal berdirinya. Tifografi IMFC diletakkan didalam lingkaran.Warna hitam biru juga disertakan.
Logo ini dipakai pada masa Inter dipaksa memakai nama Ambrosiana Inter. Gambar Ular "simbol kota milan" diikutkan dalam upaya pencitraan klub dalam bentuk logo ini. Bentuk logo semula lingkaran berubah menjadi perisai. Tanda bahwa Itali saat itu terlibat Perang Dunia I. Tifografi IMFC tetap terasa, namun didisain lebih kecil dan ditempatkan diatas perisai.Perubahan lain, warna emas tak lagi mendominasi.
Pada era 1978-80 pada era Presiden Fraizzoli, logo dengan gambar ular diperkenalkan lagi.Tempatnya di tengah logo yang berbentuk perisai. Hanya,kali ini tifografi IMFC dihilangkan. Warna yang dominan adalah hitam biru. Sementara itu, tanda bintang ditempatkan ditengah perisai. Persis di depan kepala ular. Saat Inter merebut Scudetto di tahun 1988-89, logo ini masih dipakai. Baru di ganti memasukki musim 1991-92.
Ini logo yang dipakai inter saat tahun 2000-an. Logo Inter terdahulu, lingkaran berwarna dasar emas, digunakan sampai musim 1998-99.Setelah itu tak dipakai lagi, sebagai gantinya logo generasi pertama tersebut direnovasi oleh disainer bernama Nico Collona.
Bentuk tak berubah, tetap lingkaran.Tifografi IMFC pun tetap ada. Perubahan yang paling drastis adalah soal warna.Logo yang semula berwarna emas diganti dengan warna dominan hitam biru.Selain itu,tanda bintang yang semula diluar lingkaran, ditempatkan di dalam lingkaran tepat di depan tifografi.Tambahan lain,tulisan inter ditempatkan di bagian atas.Sementara, tahun berdirinya 1908, diletakkan di bawah.
Tahun 1960-an,atas usulan Presiden Angelo Moratti, tanda bintang dengan warna dasar emas diletakkan diatas logo Inter generasi pertama.Sang presiden ingin mengenang sekaligus menunjukkan bahwa Inter mampu meraih scudetto.Maklum, dalam khasanah sepak bola italia, lambang bintang identik dengan 10 scudetto.Perstasi besar sebuah klub yang harus ditonjolkan kepada publik, dan di pakai juga hingga sekarang.Bentuk logo utama sama sekali tidak mengalami perubahan.Tifografi IMFC tetap mendapat tempat
Kamis, 20 Oktober 2011
GW ULTRAS
Sebuah Ultras memiliki nama, hanya teman baik mengenalnya. Sebuah Ultras tidak memiliki wajah, sebagian besar waktu kerudung yang menutupi kepalanya, syal menutupi mulutnya. Sebuah Ultras tidak berpakaian seperti orang lain dan tidak mengikuti tren dan seperti yang terbaru. Ketika ia berjalan di jalan-jalan meskipun ia tidak memiliki logo pendukung ia dikenali. Sebuah serangan ultras jika diserang, dan membantu bila diperlukan, mereka tidak berhenti menjadi ultras secepat mereka mengambil syal mereka off dan kembali ke rumah, mereka pertempuran 7 hari seminggu. Seorang Ultras mengalami mengarah contoh untuk pemuda, pemuda menghormati Ultra tua. Para ultras muda bangga sambil berdiri di samping seseorang yang lebih berpengalaman, mereka belajar dari para kritikus dari ultras yang lebih tua, mereka pergi merah ketika diberi jabat tangan dari mereka. Ketika orang normal melihat ultra mereka tidak mengerti, tapi dia tidak ingin dimengerti, atau menjelaskan apa yang ia tentang. Setiap Ultra berbeda: ada orang-orang yang mengenakan logo supporter atau warna klub dan mereka yang tidak pernah mereka thU..
Minggu, 16 Oktober 2011
Minggu, 09 Oktober 2011
Zanetti Mister Loyalti
Tapi, dibalik hasil suram tersebut, ada seorang pemain yang super loyal. Beliau adalah Javier Zanetti, kapten Inter Milan. Ketika bermain melawan Novara tadi pagi, lengkap sudah 757 pertandingan. Dan itu merupakan rekor bagi klub, mengalahkan Giuseppe Bergomi (756 caps) maupun Giacinto Facchetti (629 caps), dua legenda Inter Milan lainnya.
Main di Inter Milan sejak 1995, ketika saya baru berumur 5 tahun, dan belum mengenal sepakbola. Yang jelas, Zanetti sungguh luar biasa. Bayangkan, sejak saat itu, entah siapapun pelatihnya, Zanetti tetap masuk starting eleven. Belum lagi loyalitas yang luar biasa, ketika Inter Milan mengalami masa suram (1990-2004). Tidak banyak pemain hebat yang bertahan di suatu klub meski sedang mengalami masa suram. Contoh lain yang saya kagumi adalah beberapa pemain Juventus ketika terdegradasi, misal Del Piero dan Buffon.
Berikut ini saya tuliskan Zanetti dalam angka, dikutip dari inter.it
- Total bermain 65.656 menit
- 46.967 menit bermain di Serie A
- 15.872 bermain di bawah pelatih Roberto Mancini, terbanyak
- 12.194 bermain di Eropa
- 5.280 bermain di Coppa Italia
- 757 penampilan
- 689 pertandingan main penuh
- 539 pertandingan Serie A
- 189 pertandingan Serie A di bawah Roberto Mancini
- 141 pertandingan Eropa
- 64 pertandingan Coppa Italia
- 51 booking
- 34 kali diganti
- 33 kali masuk sebagai cadangan
- 21 gol
- 16 pelatih di Italia
- 16 tropi
- 15 tropi ketika menjadi kapten
- 12 gol penentu
- 12 gol di Serie A
- 6 gol ketika dilatih Roy Hodgson, terbanyak
- 5 gol di Eropa
- 3 gol di Coppa Italia
- 1 gol di Piala Dunia Antar Klub
- 1 kali di keluarkan (Coppa Italia, Inter 0-2 Parma, 17 Februari 1999)
Menurut saya, sungguh menarik. Sebagai bek, hanya 1 kali di kartu merah. Bahkan, 51 booking dari 757 pertandingan juga sangat minim bagi seorang bek. Belum lagi tenaganya yang masih luar biasa, seperti anak muda. Plus, kelakuannya yang gak neko-neko baik di luar maupun di dalam lapangan. Tentunya, angka 757 ini tidak akan berhenti, dan mungkin terus bertambah.
Selain itu, ada juga komentar dari beberapa pelatih Inter Milan yang pernah menangani Javier Zanetti, saya kutip dari inter.it setelah dialih bahasakan oleh detik.com
Giuseppe Bergomi
MILAN - Jika bicara soal kesetiaan dan loyalitasnya kepada Inter Milan, patutlah kita merujuk pada Giuseppe Bergomi. Putra asli Milan ini hanya memperkuat satu klub selama karir sepakbolanya, yakni Inter Milan. Giuseppe Bergomi pertama kali memperkuat Inter pada musim 1979/80, dan tak pernah sekalipun berpaling ke klub lain. Tak ayal, klub menganugerahinya dengan gelar tak resmi sebagai pemain paling setia di Inter. Selama 19 musim, tepatnya hingga musim 1998/99, Bergomi menghabiskan karir sepakbolanya di kota Milan bersama Inter Milan.
"Bergomi ibarat bapak bagi pemain-pemain lain. Selain itu, dia salah satu pemain yang paling dicintai oleh tifosi Inter. Berkat kesetiaannyalah pendukung setia Inter menaruh hormat kepadanya," ungkap Luigi Simoni, allenatore Inter pada musim 1997/99.
Bergomi dilahirkan pada 22 Desember 1963. Sejak kecil, dia sudah jadi pendukung setia Inter. Tak heran jika sejak kecil pula dia memasang cita-cita untuk membela panji Inter suatu saat kelak. Mimpi itu kemudian menjadi kenyataan. Saat umurnya menginjak 17 tahun, Bergomi dipercaya mengenakan seragam hitam-biru kebesaran Inter.
Pada musim pertamanya, 1979/80, dia masih menjadi pemain tim kedua. Baru pada musim berikutnya dia dipromosikan ke tim utama. Sejak musim 1981/82, posisi di tim inti Inter, sebagai palang pintu andalan, praktis tak pernah lepas dari tangan Bergomi. Kinerjanya sebagai seorang bek sangat sulit ditembus oleh striker lawan mana pun. Kedisplinnya dalam menempel ketat pergerakan striker merupakan ciri khasnya sebagai seorang bek.
Puncak kerirnya sebagai pemain terjadi pada musim 1988/89. Kala itu dia berhasil membawa Inter scudetto untuk yang ke-13 kalinya. Terakhir kali Inter melakukannya pada musim 1979/80. Penantian selama sembilan tahun sukses diakhiri dan Bergomi punya andil besar. Saat itu, duet Bergomi bersama Andreas Brehme, pemain Jerman, di barisan pertahanan Inter sangat sulit ditembus. Faktanya, gawang Walter Zenga cuma kebobolan 19 gol sepanjang musim. Jumlah yang paling sedikit dibanding klub mana pun.
cintai dan Dipuja Interisti
Kedisplinan menjadi ciri khas Bergomi saat bermain. Dia punya filosof, meski hanya sejengkal, daerah pertahanannya tak boleh diterobos pemain lawan. Itulah kenapa Bergomi dianggap sebagai generasi terakhir catenaccio sejati.
"Aku lahir sebagai bek. Wajar sajalah jika aku loyal pada posisiku. Soal kenapa aku betah di Inter, kota Milan adalah tempat kelahiranku. Darahku seakan mengalir bersama perjalanan Inter," tutur Bergomi saat diwawancarai Reuters pada 1998.
Kesetiaan yang tiada batasnya. Saat Bergomi memutuskan pensiun dari sepakbola pada tahun 1999, tifosi setia Inter hampir selama seminggu penuh mengunjungi rumahnya yang berada di sebelah selatan kota Milan. Selain itu, saat diadakan pertandingan perpisahan, seluruh penonton yang sebagian besar pendukung setia Inter melakukan standing ovation ketika Bergomi melambaikan tangan. Perpisahan tersebut dilakukan di giornata terakhir Serie A musim 1998/99, saat itu Inter menjamu Bologna pada 23 Mei 1999.
Bergomi yang pernah empat kali bermain di Piala Dunia (1982, 1986, 1990 dan 1998), telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi Inter Milan. Sangatlah wajar pemain dengan penampilan terbanyak, dengan 756 kali, di Inter ini menjadi pujaan dan kesayangan tifosi.
"Bergomi ibarat bapak bagi pemain-pemain lain. Selain itu, dia salah satu pemain yang paling dicintai oleh tifosi Inter. Berkat kesetiaannyalah pendukung setia Inter menaruh hormat kepadanya," ungkap Luigi Simoni, allenatore Inter pada musim 1997/99.
Bergomi dilahirkan pada 22 Desember 1963. Sejak kecil, dia sudah jadi pendukung setia Inter. Tak heran jika sejak kecil pula dia memasang cita-cita untuk membela panji Inter suatu saat kelak. Mimpi itu kemudian menjadi kenyataan. Saat umurnya menginjak 17 tahun, Bergomi dipercaya mengenakan seragam hitam-biru kebesaran Inter.
Pada musim pertamanya, 1979/80, dia masih menjadi pemain tim kedua. Baru pada musim berikutnya dia dipromosikan ke tim utama. Sejak musim 1981/82, posisi di tim inti Inter, sebagai palang pintu andalan, praktis tak pernah lepas dari tangan Bergomi. Kinerjanya sebagai seorang bek sangat sulit ditembus oleh striker lawan mana pun. Kedisplinnya dalam menempel ketat pergerakan striker merupakan ciri khasnya sebagai seorang bek.
Puncak kerirnya sebagai pemain terjadi pada musim 1988/89. Kala itu dia berhasil membawa Inter scudetto untuk yang ke-13 kalinya. Terakhir kali Inter melakukannya pada musim 1979/80. Penantian selama sembilan tahun sukses diakhiri dan Bergomi punya andil besar. Saat itu, duet Bergomi bersama Andreas Brehme, pemain Jerman, di barisan pertahanan Inter sangat sulit ditembus. Faktanya, gawang Walter Zenga cuma kebobolan 19 gol sepanjang musim. Jumlah yang paling sedikit dibanding klub mana pun.
cintai dan Dipuja Interisti
Kedisplinan menjadi ciri khas Bergomi saat bermain. Dia punya filosof, meski hanya sejengkal, daerah pertahanannya tak boleh diterobos pemain lawan. Itulah kenapa Bergomi dianggap sebagai generasi terakhir catenaccio sejati.
"Aku lahir sebagai bek. Wajar sajalah jika aku loyal pada posisiku. Soal kenapa aku betah di Inter, kota Milan adalah tempat kelahiranku. Darahku seakan mengalir bersama perjalanan Inter," tutur Bergomi saat diwawancarai Reuters pada 1998.
Kesetiaan yang tiada batasnya. Saat Bergomi memutuskan pensiun dari sepakbola pada tahun 1999, tifosi setia Inter hampir selama seminggu penuh mengunjungi rumahnya yang berada di sebelah selatan kota Milan. Selain itu, saat diadakan pertandingan perpisahan, seluruh penonton yang sebagian besar pendukung setia Inter melakukan standing ovation ketika Bergomi melambaikan tangan. Perpisahan tersebut dilakukan di giornata terakhir Serie A musim 1998/99, saat itu Inter menjamu Bologna pada 23 Mei 1999.
Bergomi yang pernah empat kali bermain di Piala Dunia (1982, 1986, 1990 dan 1998), telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi Inter Milan. Sangatlah wajar pemain dengan penampilan terbanyak, dengan 756 kali, di Inter ini menjadi pujaan dan kesayangan tifosi.
PROFIL Alessandro Mazzola
Salah satu legenda Inter Milan yang lahir di turin (Italia) namun besar menjadi bintang di Inter Milan ialah Alessandro Mazzola atau yang selama ini kita kenal dengan Sandro Mazzola.Sandro mazzola lebih memilih menjadi pemain Inter ketimbang harus meneruskan kebintangan sang ayah (Valentino Mazzola) yang bermain di Fc.Torino, walaupun begitu Sandro Mazzola tetap harus menerima beban harapan yang tinggi dari publik kalau dirinya sehebat sang ayah.Sandro Mazzola harus menjalani hidup sebagai anak yatim ketika berusia 6 tahun. Sang ayah tewas bersama 30 penumpang lainnya termasuk pemain Fc.Torino akibat tragedi SUPERGA pada 4 mei 1949,kejadian ini membuat Sandro menjalani hidup tanpa bimbingan ayahnya.
Namun pengalaman buruk dimasa kecilnya ini
tidak membuatnya putus asa. Bakat sepak bola sudah terlanjur mengalir didalam darahnya,dia sudah menendang bola saat menemani ayahnya berlatih bersama Fc.Torino. Bahkan Mazzola sering diajak ayahnya saat memperkuat timnas Italia. Seringnya mengikuti kegiatan sang ayah membuat dirinya banyak dikenal para pemain Torino maupun timnas Italia saat itu. Dari sanalah karier sebagai pebola professional bisa dimulai. Namun, saat Mazzola pertama kali bergabung dengan Inter Milan justru bukan sebagai pemain melainkan sebagai maskot tim...
Suatu hari setelah tragedi SUPERGA Benito Lorenzi striker Inter Milan yang merupakan partner di timnas Italia dan salah satu sahabat sang ayah datang kerumah Sandro yang saat itu sedang bersedih setelah kehilangan ayahnya. Dia meminta izin kepada ibu Sandro Mazzola agar anaknya diizinkan menjadi maskot tim di (Inter Milan).
Dari seorang maskot, Sandro kemudian menjadi pemain binaan Inter. Nama besar ayahnya cukup mendukung karier yang diretasnya, namun nama besar ayanhnya pula yang sempat membuatnya nyaris mengubur mimpi menjadi pebola andal. Maklum , publik terlalu berharap banyak bisa kembali menyaksikan kehebatan sang ayah lewat penampilan Mazzola. Saking beratnya tekanan publik kepadanya Sandro pernah mencoba mengalihkan kariernya sabagai pemain basket.
Akhirnya,dengan tekatnya Sandopun memilih sepakbola. Pilihan Sandro setelah dilanda kebimbangan rupanya sangat tepat,bahkan mungkin dia berkembang lebih baik dari sang ayah. Selain sama-sama menjadi penyerang, Sandro punya kemampuan lain yang belum sempat ditunjukan ayahnya,dia punya daya kreativitas tinggi dalam merancang serangan. Sandro Mazzola memang bukan penyerang biasa.Urusan mencetak gol sudah jelas memang itu kemampuan utamanya,kemampuan yang sempat mencatatkan namanya menjadi Top Skorer Serie-A pada musim 1964-1965 dengan 17 gol, sekaligus memberikan scudetto bagi Inter di musim yang sama. Pada tahun ini pula Sandro Mazzola berhasil mengantarkan Inter Milan merengkuh trofi Liga Champion pertamanya dengan mengalahkan tim kuat saat itu yaitu Real Madrid pada partai final dengan skor 3-1. Dua gol diantaranya merupakan sumbangan dari Sandro Mazzola. Hanya sekedar pemberitahuan pada saat itu Real Madrid diperkuat oleh bintang-bintang top dunia seperti Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas.
Di luar kemampuan standar sebagai striker ,Sandro Mazzola dikenal mempunyai umpan akurat plus dribble dan kontrol bola yang mumpuni. Pergerakannya di atas lapangan mampu memberi ruang bagi pemain lain merangsek ke pertahanan lawan. Banyak yang menyebut kemampuan Sandro Mazzola bisa dilihat pada diri Fransesco Totti dan Alessandro Delpiero (waktu muda).
Kalau untuk era yang sama ada Gianni Rivera, kala itu keduanya malh bersaing langsung untuk menjadi playmaker andalan Italia. Keduanya menganggap diri masing-masing lebih baik dari rivalnya. Rivalitas itu justru menjadi salah satu faktor yang membuat penampilan Sandro Mazzola semakin bersinar. Dia adalah salah satu pahlawan InterMilan di 1960-an,salah satu pahlawan terbesar di masa La Grande Inter. Sosok yang patut menjadi Legenda Inter karena setia hingga mundur dari sepak bola.
BIODATA SANDRO MAZZOLA
Nama Lengkap :
Alessandro Mazzola
Lahir :
Turin (Italia), 8 November 1942
Posisi :
Striker , Playmaker.
Klub :
Inter Milan (1960 - 1977)
Main / gol :
Serie-A : 418/116
Liga Champion : 67/18
Coppa Italia : 80/24
Prestasi :
Scuddeto : 4 (1962-1963, 1964-1965, 1965-1966,1970-1971)
Liga Champion : 2 (1963-1964, 1964-1965)
Piala Interkontinental (sekarang Piala Dunia Antar Klub) : 2 (1964 ,1965)
Piala Eropa : 1 (1968)
Suatu hari setelah tragedi SUPERGA Benito Lorenzi striker Inter Milan yang merupakan partner di timnas Italia dan salah satu sahabat sang ayah datang kerumah Sandro yang saat itu sedang bersedih setelah kehilangan ayahnya. Dia meminta izin kepada ibu Sandro Mazzola agar anaknya diizinkan menjadi maskot tim di (Inter Milan).
Dari seorang maskot, Sandro kemudian menjadi pemain binaan Inter. Nama besar ayahnya cukup mendukung karier yang diretasnya, namun nama besar ayanhnya pula yang sempat membuatnya nyaris mengubur mimpi menjadi pebola andal. Maklum , publik terlalu berharap banyak bisa kembali menyaksikan kehebatan sang ayah lewat penampilan Mazzola. Saking beratnya tekanan publik kepadanya Sandro pernah mencoba mengalihkan kariernya sabagai pemain basket.
Akhirnya,dengan tekatnya Sandopun memilih sepakbola. Pilihan Sandro setelah dilanda kebimbangan rupanya sangat tepat,bahkan mungkin dia berkembang lebih baik dari sang ayah. Selain sama-sama menjadi penyerang, Sandro punya kemampuan lain yang belum sempat ditunjukan ayahnya,dia punya daya kreativitas tinggi dalam merancang serangan. Sandro Mazzola memang bukan penyerang biasa.Urusan mencetak gol sudah jelas memang itu kemampuan utamanya,kemampuan yang sempat mencatatkan namanya menjadi Top Skorer Serie-A pada musim 1964-1965 dengan 17 gol, sekaligus memberikan scudetto bagi Inter di musim yang sama. Pada tahun ini pula Sandro Mazzola berhasil mengantarkan Inter Milan merengkuh trofi Liga Champion pertamanya dengan mengalahkan tim kuat saat itu yaitu Real Madrid pada partai final dengan skor 3-1. Dua gol diantaranya merupakan sumbangan dari Sandro Mazzola. Hanya sekedar pemberitahuan pada saat itu Real Madrid diperkuat oleh bintang-bintang top dunia seperti Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas.
Di luar kemampuan standar sebagai striker ,Sandro Mazzola dikenal mempunyai umpan akurat plus dribble dan kontrol bola yang mumpuni. Pergerakannya di atas lapangan mampu memberi ruang bagi pemain lain merangsek ke pertahanan lawan. Banyak yang menyebut kemampuan Sandro Mazzola bisa dilihat pada diri Fransesco Totti dan Alessandro Delpiero (waktu muda).
Kalau untuk era yang sama ada Gianni Rivera, kala itu keduanya malh bersaing langsung untuk menjadi playmaker andalan Italia. Keduanya menganggap diri masing-masing lebih baik dari rivalnya. Rivalitas itu justru menjadi salah satu faktor yang membuat penampilan Sandro Mazzola semakin bersinar. Dia adalah salah satu pahlawan InterMilan di 1960-an,salah satu pahlawan terbesar di masa La Grande Inter. Sosok yang patut menjadi Legenda Inter karena setia hingga mundur dari sepak bola.
BIODATA SANDRO MAZZOLA
Nama Lengkap :
Alessandro Mazzola
Lahir :
Turin (Italia), 8 November 1942
Posisi :
Striker , Playmaker.
Klub :
Inter Milan (1960 - 1977)
Main / gol :
Serie-A : 418/116
Liga Champion : 67/18
Coppa Italia : 80/24
Prestasi :
Scuddeto : 4 (1962-1963, 1964-1965, 1965-1966,1970-1971)
Liga Champion : 2 (1963-1964, 1964-1965)
Piala Interkontinental (sekarang Piala Dunia Antar Klub) : 2 (1964 ,1965)
Piala Eropa : 1 (1968)
STATISTIK DERBY DELLA MADONNINA
kenapa pertandingan antara (Inter Milan vs AC Milan) dinamakan Derby della Madonnina karena di dekat stadion Giuseppe Meazza, ada patung Bunda Maria yang letaknya dipuncak Gereja Cathedral Milan yang biasa dipanggil Madonnina. Banyak yang bilang Derby della Madonnina adalah salah satu derby terbaik didaratan eropa. Pendapat tersebut memang tidak salah,pertandingan yang mempertemukan Inter Milan dengan AC Milan ini selalu menampilkan sebuah pertandingan yang berkelas, menarik, mendebarkan dan sarat gengsi ini memang terlalu sayang apabila dilewatkan. Kedua tim ini memang sudah menjelma sebagai klub papan atas dunia yang telah meraih banyak trophi, baik trophi domestik maupun trophi internasional. Bahkan menurut bos I Nerazzurri,Massimo Moratti "Derby della Madonnina lebih bergengsi dibandingkan final Liga Champions sekalipun". Karena disetiap pertemuan kedua tim, aroma panas langsung menyelimuti kota milan. Kota Milan bak terbelah dua menjadi lautan merah biru, pemain kedua timpun semakin tertantang untuk membuktikan siapa yang paling baik di kota Milan, bahkan mungkin di Italia. Selama lima musim terakhir pertemuan kedua tim semakin panas, ini dilandasi rekor pertemuan dari kedua tim. Pertemuan kedua tim secara keseluruhan sampai sekarang memang masih dipegang oleh AC Milan dengan
108 kemenangan. Tapi soal prestasi 5 musim terakhir, AC Milan masih kalah dari Inter Milan, begitupun dengan jumlah gelar Scudetto yg dimiliki kedua tim sekarang Inter lebih unggul satu trophi dari AC Milan dengan 18 Trophi.
Berikut ini statistik pertemuan Inter vs Milan :
Match's INTER Win's Draw MILAN Win's Gol INTER Gol MILAN
Serie A 175 64 52 59 255 236
Coppa Italia 23 7 7 9 22 32
Liga Champions 4 0 2 2 1 6
Lain-Lain 72 24 11 37 128 159
Total 274 95 71 108 407 433
Match's INTER Win's Draw MILAN Win's Gol INTER Gol MILAN
Serie A 175 64 52 59 255 236
Coppa Italia 23 7 7 9 22 32
Liga Champions 4 0 2 2 1 6
Lain-Lain 72 24 11 37 128 159
Total 274 95 71 108 407 433
Fakta-Fakta Menarik Derby della Madonnina
Sebenarnya asal mula laga derby ini berawal dari hal yang sepele, yaitu karena adanya ketidakpuasan dari pemain asing yang bermain di klub AC Milan. Pada awal berdirinya AC Milan pada tahun 1899, manajemen klub memang lebih mengutamakan pemain asli Italia sementara pemain non - italia (asing) sedikit dinomorduakan. Hal inilah yang membuat sebagian anggota tim hengkang dan mendirikan klub baru pada tahun 1908 yang dinamakan Internazionale Milano (inter Milan).
Sebenarnya asal mula laga derby ini berawal dari hal yang sepele, yaitu karena adanya ketidakpuasan dari pemain asing yang bermain di klub AC Milan. Pada awal berdirinya AC Milan pada tahun 1899, manajemen klub memang lebih mengutamakan pemain asli Italia sementara pemain non - italia (asing) sedikit dinomorduakan. Hal inilah yang membuat sebagian anggota tim hengkang dan mendirikan klub baru pada tahun 1908 yang dinamakan Internazionale Milano (inter Milan).
Pada 3 maret 1918, perseteruan kedua tim mulai menanjak. Saat itu I Rossoneri (julukan AC Milan) yang telah berdiri terlebih dahulu dan lebih berpengalaman bisa kalah dari Inter Milan yang notabanenya lebih muda dan belum terlalu berpengalaman dengan skor sangat telak yaitu 8-1. Hal itu menunjukan bahwa Inter Milan semakin matang.
Pada era 60'an Derby della Madonnina malahirkan fakta yang menarik. Karena mempertemukan dua bintang asal Italia yang sedang naik daun pada waktu itu. Salah satu bintang Inter -Sandro mazzola- , bersaing melawan andalan AC Milan -Gianni Rivera-. Ironisnya persaingan tersebut berlanjut hingga ke timnas Italia, Ferruccio Valcareggi pelatih Italia saat itu tidak pernah menurunkan kedua pemain secara bersamaan.
Pada kurun waktu 1980'an-1990'an AC Milan diperkuat trio Belanda yang waktu itu sangat terkenal yakni Marco VanBasten, Ruud Gullit dan Frank Rijckaard dan pada waktu yang nyaris sama, Inter Milan diperkuat tiga pilar timnas Jerman yaitu Andreas Brehme, Juergen Klinsmann dan Lothar Mattheaus. Uniknya saat piala dunia 1990 Belanda bertemu Jerman di stadion Giusseppe Meazza yang merupakan markas dari Inter dan Ac Milan. Meski judulnya pertandingan antar negara yang bertajuk piala dunia, tapi banyak para pengamat sepak bola berpendapat bahwa pertandingan tersebut lebih pantas disebut sebagai partai derby Milan. Pertandingan tersebutpun akhirnya dimenangkan Jerman dengan skor 2-1.
Pada kurun waktu 1980'an-1990'an AC Milan diperkuat trio Belanda yang waktu itu sangat terkenal yakni Marco VanBasten, Ruud Gullit dan Frank Rijckaard dan pada waktu yang nyaris sama, Inter Milan diperkuat tiga pilar timnas Jerman yaitu Andreas Brehme, Juergen Klinsmann dan Lothar Mattheaus. Uniknya saat piala dunia 1990 Belanda bertemu Jerman di stadion Giusseppe Meazza yang merupakan markas dari Inter dan Ac Milan. Meski judulnya pertandingan antar negara yang bertajuk piala dunia, tapi banyak para pengamat sepak bola berpendapat bahwa pertandingan tersebut lebih pantas disebut sebagai partai derby Milan. Pertandingan tersebutpun akhirnya dimenangkan Jerman dengan skor 2-1.
Pada tahun 2003 Inter bertemu dengan rival sekotanya AC Milan, kali ini agak sedikit berbeda karena kedua tim bersua di semifinal liga champions yang notabanenya pertemuan pertama di ajang tersebut. Di pertemuan ini kedua tim hanya bermain imbang 0-0 pada leg pertama, dan 1-1 pada leg kedua yang membuat Ac Milan lolos ke partai final dan bertemu klub asal Italia lainnya Juventus.
Berikut pertemuan 5 musim terakhir antara kedua klub :
2005-2006
Inter 3-2 Milan Adriano 24,93, martins 61, shevchenko 39, Stam.
Milan 1-0 Inter Kaladze 71.
2006-2007
Milan 3-4 inter Seedorf 53, Gilardinho 79, Kaka 94, Crespo 17, Stankovic 22, Ibra 50, Materazzi 72.
Inter 2-1 Milan Cruz 56, Ibra 76, Ronaldo 40.
2007-2008
Inter 2-1 Milan Cruz 36, Cambiasso 64, Pirlo 18.
Milan 2-1 Inter Inzaghi 53, Kaka 58, Cruz 78.
2008-2009
Milan 1-0 Inter Ronaldinho 36.
Inter 2-1 Milan Adriano 29, Stankovic43, Pato 72.
2009-2010
Milan 0-4 Inter Motta 29, Millito 36,Maicon 46, Stankovic 70.
Inter 2-0 Milan Millito 10, Pandev 67.
2010-2011
Inter 0-1 Milan Ibrahimovich 4 (pen)
Big Seven Liga Serie A Italia 90-an
Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, SS Lazio, AC Fiorentina, AC Parma adalah tujuh klub yang pernah menjadi Big Seven Liga Serie A Italia karena prestasinya yang membanggakan di Eropa pada medio 90-an hingga awal 2000an. Namun, setelah era millennium atau lebih tepatnya pasca skandal calciopoli yang melibatkan Juventus, AC Milan, SS Lazio, AC Fiorentina, Liga yang pada masa itu menjadi liga paling elit saentero Eropa secara drastis anjlok ratingnya. Prestasi tim-tim papan atas Serie A di kompetisi Eropa semakin menurun, kesulitan keuangan klub dan animo penonton yang semakin tahun semakin kecil.
Direktur AC Milan, Umberto Gandini akhir-akhir ini menyinggung soal eksistensi Liga Italia yang diprediksi akan menjadi liga kelas dua di Eropa di bawah Liga Premier Inggris, La Liga Spanyol dan Bundesliga Jerman. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penonton di stadion-stadion klub Seri A musim lalu yang hanya 24.603 jauh dari Bundesliga yang mencapai angka 42.441 per partai atau di Liga Inggris 34.150 serta di La Liga yaitu 27.699. Maka tak heran jika koefisien Bundesliga kini menggeser Italia di peringkat ketiga, yang mana mereka berhak mengirimkan empat wakil ke Liga Champions pada musim 2012-2013. Sementara, Seri A pada musim itu cuma bisa menyertakan tiga wakilnya.
Perihal inilah yang kini membuat kekawatiran bagi klub-klub Serie A maupun para fans-nya. Namun, untuk saat ini, seyogyanya penggemar Liga Italia masih bisa tersenyum dengan keberadaan Inter Milan yang tahun lalu menjuarai Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub serta saat ini menjadi satu-satunya klub Italia yang masih bertahan di Liga Champions dimana pada perempat final akan menghadapi satu-satunya wakil Jerman, Schalke 04.
Apabila, Inter mampu melangkahi Schalke dan bahkan menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut rasanya UEFA harus kembali merevisi koefisien Liga Italia dalam kancah Eropa. Meskipun kondisi persepakbolaan di Italia sedang krisis, jawaban Inter Milan selama ini seharusnya menjadi acuan bahwa Serie A masih menjadi liga yang populer di mata masyarakat dunia.
Di Indonesia misalnya, keberadaan liga non lokal yang pertama kali tayang di Indonesia ini masih menjadi liga paling banyak peminatnya. Sejak 1990, Liga Italia tayang di RCTI dan disambut positif oleh fans sepakbola di Indonesia. Bandingkan dengan Liga Inggris yang baru ditayangkan pada tahun 2005 dan tenar pada masa Jose Mourinho melatih Chelsea. Apalagi Liga Spanyol yang baru tayang tiga tahun terakhir dan seperti kompetisi dua klub yang mempertontonkan kehebatan (hanya) dua klub yakni Real Madrid dan Barcelona.
Di Indonesia, Milanisti, Juventini dan Interisti menduduki jajaran fans klub Eropa papan atas bersama Manchester United Fans Club, Liverpudlian dan Arsenal Fans. Sedangkan Romanisti dan Laziale berada pada kelas dua bersama Madridista, Barcelonistas, Chelsea Fans dan Bayern Munich Fans. Survei inilah yang kemudian membuat gejolak di dunia maya setelah selama dua tahun terakhir Liga Italia tidak ditayangkan oleh stasiun televisi gratis di Indonesia, meskipun paruh ke dua musim ini, Indosiar menayangkan pada jam dini hari tiga partai per pekan.
Antusiasme para fans klub Liga Italia di dunia khususnya di Indonesia dan fanatisme yang membuat klub-klub Liga Italia selama ini masih punya pemasukan dari hak siar televisi adalah kenyataan bahwa Liga Italia merupakan liga paling diminati. Bukan masalah enak ditonton dan glamour serta umbar kekayaan seperti di Inggris, bukan masalah kesombongan membeli pemain-pemain termahal dunia seperti di Spanyol dan bukan masalah animo penonton yang tinggi seperti di Jerman. Namun, sejarah dan nilai yang terkandung pada Liga Italia yang membuat senyawa antara penikmat Liga Italia dengan eksistensi klub-klub Italia.
Skandal calciopoli memang telah melukai Serie A pun juga dengan krisis keuangan yang mulai pulih saat ini. Akan tetapi, Serie A kini tengah dalam masa perbaikan menuju liga modern sambil terus diiringi keberadaan Inter Milan di kancah Eropa. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan stadion-stadion baru klub papan atas seperti Inter, Juventus dan Roma. Setidaknya, fans Liga Italia selalu bangga dengan liga legendaries di Indonesia ini.
Kita tunggu saja, apakah Inter Milan yang tersisa di Eropa menunjukan bahwa jangan anggap remeh Liga Italia. Sebagai juara dunia, rasanya tidak berlebihan jika klub asuhan Leonardo ini kembali berjaya di Eropa dan dunia. Dan tentu, Bundesliga harus legowo jika suatu saat jatah empat wakilnya di Liga Champions kembali dikurangi.
Sabtu, 08 Oktober 2011
KELOMPOK ULTRAS NERAZURRI
Dalam beberapa tahun yang lalu bahkan hingga saat ini, kerusuhan baik di dalam maupun di luar stadion sering pecah di Italia. Banyak yang menganggap segala insiden tak lepas dari ulah kelompok suporter garis keras yang menamakan dirinya Ultras. Dengan segala fanatismenya, Ultras dianggap sering menimbulkan masalah hampir di setiap pertandingan, terlebih yang bernuansa rivalitas.
Namun, ada hal menarik dari kehadiran Ultras di Italia. Sebagai pendukung klub yang paling loyal, Ultras ternyata memiliki hak suara untuk ikut menentukan kebijakan klub. Ultras di Italia juga cenderung lebih terorganisir, bahkan hampir menyerupai sebuah organisasi politik.
Jika dipersempit, Curva Nord 69 (penghuni tribun utara Stadion Giuseppe Meazza), menjadi salah satu dengan jumlah anggota terbanyak di Italia. Menurut data yang dikeluarkan La Republica tahun 2005 yang lalu, Inter menguasai sekitar 16 persen fans fanatik sepak bola di Italia, Tentunya sekarang akan lebih bertambah dengan segudang prestasi beberapa tahun terakhir serta torehan threeble winnersnya yang menganggkat kembali wajah italy di kencah dunia.
Curva Nord 69 menjadi salah satu kelompok suporter yang paling disegani di Italia. Bukan hanya dari tindakan anarkis mereka di lapangan, tapi juga dari sisi positif. Sudah 40 tahun sejak 1969 mereka mengabdikan dirinya guna menyemangati setiap Inter bertanding. Jelas dengan usia setua itu, pengaruh mereka pun cukup kental. Bahkan, mantan kapten AC Milan, Paolo Maldini pun sempat mengakui loyalitas pendukung setia rivalnya itu. “Selama ini mereka memang kerap membuat kami khawatir di lapangan, namun saya mengakui loyalitas mereka,” kata dia.
Curva Nord 69 bukan hanya didominasi satu kelompok tifosi saja. Inter memiliki beberapa kelompok Ultras yang selalu setia mendampinginya di setiap laga. Salah satunya Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre), kelompok Ultras tertua ke dua La Curva Milanosetelah Fossa dei Leoni dari Curva Sud. Selain itu, ada juga Ultras Inter, Viking Inter, Brianza Alcoolica, Irriducibili, dan beberapa kelompok minor lain. Mereka inilah yang selalu menyemangati I Nerazzurri.
LA Curva Nord 69 Milano
1. Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre)
Kelompok tertua di Curva Nord 69. Berdiri pada 1969, hanya selang setahun setelah Fossa dei Leonipertama kali muncul. Boys diambil dari nama anak nakal di sebuah komik bernama serupa. Di era 80-an Boys S.A.N kian ditakuti sebagai kelompok yang kerap membuat ulah. Namun, sejak awal 90-an, Boys S.A.N meminimalisir aksi anarkis, dan lebih fokus mengekspresikan fanatisme melalui berbagai koreografi di stadion. Sekadar info, Boys S.A.N terbentuk meneruskan ide pelatih Inter ketika itu, Helenio Herrera yang menginginkan terbentuknya sebuah kelompok suporter yang terorganisir dengan rapih.
2. Ultras Inter (Forever Ultras)
Di Curva Nord, Ultras menjadi yang tertua ke dua setelah Boys S.A.N. Mereka berdiri sejak 1975 dengan nama Forever Ultras sebelum diganti pada 1995. Pelopornya adalah dua pemuda bernama Luciano dan Curzio, yang pertama kali memunculkan spanduk bertuliskan Forever Ultras di Curva Nord, tepat berdampingan dengan Boys S.A.N. Sejak 1997, Ivan Renato menjadi sutradara Ultras setelah meneruskan era kepemimpinan sebelumnya.
Kelompok ketiga di Curva Nord ini terbentuk pada 1984. Viking juga dikenal sebagai salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal di Italia. Sayang, mereka kerap bersikap rasis. Kebetulan, Viking memang berhubungan sangat dekat denganBlood & Honour Varese (kelompok suporter yang menolak anti-rasisme di sepak bola). Viking pun menjadi sangat menonjol di Curva Nord dengan indentitas bendera paling besar di antara suporter Ultras Inter lainnya.
4. Brianza Alcoolica
Brianza Alcoolica (semangat Brianza) memang baru resmi didirikan pada November 1985. Namun, berbagai spanduk bertuliskan nama kelompok mereka sudah muncul beberapa tahun sebelumnya di Madrid, Spanyol. Dipelopori oleh beberapa orang yang merasa tidak cocok dengan segala kekerasan Curva Nord, Brianza Alcoolica memisahkan diri dengan idealisme mereka untuk menciptakan hiburan di stadion. Mungkin karena itu pula Brianza Alcoolica menjadi kelompok dengan jumlah suporter paling sedikit di antara lima lainnya.
5. Irriducibili
Irridubicili menjadi kelompok paling kontroversial di antara Ultras Inter lainnya. Berdiri sejak 1988, kelompok ini juga dikenal dengan nama “Skins” ini langsung membuat kericuhan dengan menyerang setiap pendukung lawan yang datang ke Giuseppe Meazza. Ciri khas Irridubicili adalah maskot seekor anjing hitam sebagai lambang kejahatan atau keonaran bernama Muttley. Dengan slogan “Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori” (untuk menjadi yang terbaik, tidak cukup dengan bersikap baik), tak heran jika jika Irridubicili kerap berbuat onar di stadion. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengaku setiap mendukung Inter, tak akan pernah lepas dari minuman beralkohol.
6. Milano Nerazzurra
Kelompok ini memang lebih kecil dibanding Boys SAN atau lainnya. Namun, mereka justru mampu tampil dengan warna-warna mencolok melalui koreografinya di sisi kiri Curva Nord. Milano Nerazzurra juga mendapat julukan “Potere Nerazzurro” atau Si Hitam Biru yang Kuat. Sejak berdiri sekitar akhir 80-an, Milano Nerazzurri memang telah menyatakan ketidakcocokannya dengan saudara tua mereka, Boys SAN. Tak heran jika letak kedua kelompok ini berjauhan, yang satu di sisi kiri, dan yang satunya di sisi kanan.
7. Boys Sez Roma
Meski Boy Sez Roma lahir dari sekelompok laki-laki yang berasal dari Kota Roma, mereka justru merupakan pendukung fanatik Inter Milan. Sejak awal berdiri pada 1979 lalu, kelompok ini memang membatasi anggotanya di usia 18-30 tahun, dan tentunya dengan satu tujuan mendukung Inter Milan. Boy Sez Roma mengambil posisi di sisi kanan Curva Nord dan berhubungan sangat dekat dengan Boys S.A.N.
Beberapa ULTRAS kecil lainya :
1. Quelli dell Baffo
QDB adalah sekelompok neroazzurri pendukung (terutama Mei-Borgomanero Borgosesia, ditambah beberapa orang di Milan) bahwa dasar serikat mereka dalam dua keyakinan penting:
1) Bawa warna kita dan gairah kita di mana-mana
2) dan minum minuman keras dalam sukacita
berpesta connubbio (jenis minuman keras), cinta sepakbola (yang sebenarnya), mempunyai moto "Kau Tak akan minum sendiri", dan menangis yang menyatukan kita dan mengikat kita erat untuk warna kita tercinta. Jika Anda yakin dalam hal ini, jika Anda ingin bersenang-senang, bergairah dan percaya ... bergabung dengan kami. Datanglah ke utara kurva, area 242 di atas Inter Milan, untuk menghabiskan hari Minggu yang menyenangkan dan menghibur.
Semua panggung untuk menyeret tim kami dan mendorong Anda selama sembilan puluh menit ... sebuah emosi yang tidak ada TV dapat memberikan Anda.
2. Vodka Sour Group (VGS)
VSG lahir pada 17 oktober 1999, emg salah satu kelompok minoritas. tapi kelompok ini tetap ga bisa dipandang sebelah mata. karena VSG adalah kelompok Fanatik yang hampir di semua laga Home-Away inter mereka selalu hadir. moto mereka "bersama tertawa bersama menangis dalam euforia Curva Nord"
3. FO DE CO (FDC) "EXTREME"
setelah beberapa tahun militansi di North Bend, dan yang sudah mengerti arti sebenarnya dari kata "EXTREME", secara resmi dibuka pada musim panas 2000, FDC. bersatu dan kompak, dan mendukung di semua pertandingan di Italia dan luar negeri. Kelompok ini kebanyakan terdiri dari anak laki-laki di daerah tersebut, tetapi sekarang juga termasuk orang-orang dari propinsi lain.
4. Squilibratti
Resmi di bentuk pada 24 Juli 2006
Kelompok ini terdiri dari siswa dan bertekad untuk menjunjung tinggi Inter dan Curva Nord, dengan maksud untuk memperbaikinya, dan membawa sekitar Italia dan Eropa untuk warna yang kita cintai.
Harapan untuk masa depan dapat positif, berharap untuk militansi lama bersama kelompok lain yang kita cintai Curva Nord dan seperti biasa berpartisipasi aktif di Curca Nord.
5. Imbastisci
Terbentuk 16 Mei 1993
6. Bulldogs Inter
Neh termasuk menengah keatas terbentuk 23 oktober 1988
Langganan:
Postingan (Atom)